"Masa
mendorong cashless tapi memberikan disinsentif kepada konsumen? Kan
enggak lucu. Kemudian (alasannya untuk) meningkatkan pelayanan jaringan,
itu all budget-lah dari biaya operasional. Enggak boleh ada
pungutan dari sana-sini," beber Tulus.
Tak heran, kata
Tulus, banyak nasabah yang menentang kenaikan tarif ini.
Baca Juga:
Dukung Pertumbuhan Bisnis yang Berkelanjutan, ABM Group Raih Pendanaan Rp 1 Triliun dari BCA
Tulus bahkan
mengakui, banyak keluhan yang masuk ke YLKI, baik secara lisan maupun tulisan
melalui media sosial.
"Itu
protes massal. Kalau lihat di media sosial, setidaknya di medsos YLKI, medsos
saya, dan medsos-medsos yang lain, itu hampir 90 persen menyatakan keberatan
atas rencana itu. Saya sendiri melihatnya itu kontraproduktif, karena dulu kita
menggunakan ATM Himbara tujuannya untuk efisiensi," pungkas Tulus.
Sebelumnya
diberitakan, Himbara bakal mengimplementasikan tarif untuk cek saldo dan tarik
tunai pada ATM Link yang semula gratis.
Baca Juga:
Iuran Baru Batu Bara Jadi Berlaku di Januari? Kementerian ESDM: Menunggu Perpres
Biaya untuk
bertransaksi tarik tunai, cek saldo, dan transfer antarbank berbeda-beda.
Transaksi cek
saldo pada ATM Link bank yang berbeda dengan bank nasabah akan dikenakan biaya
Rp 2.500.
Sementara untuk
tarif tunai, biayanya lebih besar, yakni Rp 5.000.