WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran meminta agar seluruh perusahaan BUMN maupun swasta mulai memperhatikan persoalan lingkungan dengan menyisihkan sebagian program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka untuk pengolahan sampah di masyarakat.
Menurut organisasi ini, kepedulian terhadap isu persampahan bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, melainkan juga dunia usaha yang selama ini mendapat manfaat dari aktivitas ekonomi rakyat.
Baca Juga:
Siswa SMP Dikerahkan Bersihkan Sampah di Pajak Sidikalang, Ujian Tertunda, Orangtua Kecewa
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa masalah sampah sudah mencapai titik kritis di berbagai kota besar, dan tidak boleh dipandang sebelah mata.
“CSR jangan hanya diarahkan pada kegiatan seremonial atau bantuan sesaat, tetapi harus menyentuh sektor krusial seperti pengelolaan sampah. Jika tidak ditangani secara serius, sampah akan menjadi bom waktu lingkungan,” ujarnya, Rabu (1/10/2025).
Tohom mencontohkan program CSR PLN Peduli di Mojokerto yang membangun Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) bersama BUMDes.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran: Sampah Kini Jadi Rebutan, Bahkan Bisa Jadi Bahan Bangun Rumah
Menurutnya, inisiatif seperti itu terbukti membawa dampak langsung, mulai dari lingkungan bersih hingga peningkatan ekonomi lokal.
“Model CSR yang berorientasi pada pengolahan sampah seharusnya direplikasi oleh BUMN lain maupun perusahaan swasta. Bayangkan jika setiap perusahaan sisihkan sebagian kecil CSR-nya, akan tercipta ekosistem pengolahan sampah modern di seluruh daerah,” kata Tohom.
Lebih lanjut, Tohom menilai keterlibatan dunia usaha akan mempercepat transisi Indonesia menuju ekonomi hijau.
Ia mengingatkan bahwa pengolahan sampah berbasis 3R tidak hanya soal kebersihan, tapi juga energi terbarukan.
“Sampah bisa diolah menjadi RDF (Refuse-Derived Fuel) untuk industri semen, bahkan biogas untuk listrik. Kalau perusahaan mau mendukung dengan CSR, maka masyarakat bisa merasakan manfaat ganda: lingkungan sehat dan energi berkelanjutan,” jelasnya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menambahkan, Indonesia membutuhkan perubahan paradigma.
CSR tidak lagi sebatas kegiatan karitatif, melainkan harus dikaitkan dengan agenda pembangunan berkelanjutan.
“Kalau bicara sustainability, maka CSR pengolahan sampah punya posisi strategis. Ini bukan sekadar program sosial, melainkan investasi jangka panjang untuk kesehatan masyarakat dan daya saing ekonomi,” tegasnya.
Ia pun mengingatkan, langkah ini akan sangat relevan dengan program pemerintah Prabowo-Gibran yang menekankan transformasi hijau dan ketahanan energi.
“Sampah adalah problem yang bisa jadi potensi. Jika dunia usaha bersinergi dengan pemerintah, maka beban APBN akan lebih ringan, sementara rakyat langsung mendapat manfaat nyata,” tutup Tohom.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]