WahanaNews.co | Sebagian orang di yang tergabung di dalam Nahdlatul Ulama (NU) menilai jika gerakan 212 yang dipelopiri oleh mantan pimpinan FPI, Rizieq Shihab, bukan merupakan sebuah kebangkitan Islam. Melainkan sebuah pergerakan politik yang mengatasnamakan agama.
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menilai momen menghadapi gerakan 212 merupakan tantangan yang luar biasa.
Baca Juga:
PLN LAKSANAKAN GELAR PERALATAN DAN PASUKAN PEKERJAAN KONTRUKSI JARINGAN WILAYAH KERJA PROVINSI JAMBI TAHUN 2024
"Menghadapi 212 menurut saya luar biasa kerasnya tantangan itu. Kalau menurut saya, itu bukan kebangkitan Islam, karena itu tujuannya politik yang mengatasnamakan agama," ujarnya dalam wawancara Gagasan Kiai Said Menuju Muktamar NU yang diunggah TV NU, Minggu (12/12).
Said mengatakan saat itu memang terdapat banyak orang yang tidak sepakat dengan gerakan 212. Namun, ia mengklaim satu-satunya orang yang menolak 212 secara jelas adalah dirinya.
Said menegaskan bahwa 212 bukanlah gerakan kebangkitan Islam. Sebab, kata Said, peserta 212 tidur di masjid dan melakukan ibadah salat di lapangan. Menurutnya, itu satu bentuk contoh yang tidak benar.
Baca Juga:
Bawaslu Perintahkan KPU Tetapkan 2 Kader PKB yang Dibatalkan sebagai Calon Legislatif Terpilih
"Satu-satunya orang yang bersuara keras menolak 212 adalah saya, barangkali menolak banyak tapi yang dengan ucapan yang jelas terang benderang hanya saya barangkali," ujarnya.
Gerakan 212 mencuat pada 2017, menjelang pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta. Gerakan ini melakukan protes keras terhadap pernyataan Plt Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dinilai menistakan agama Islam.
Setelah itu, pengadilan menyatakan Ahok bersalah dan ia kalah dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
Said mengatakan dalam momentum politik seperti Pilkada dan pemilihan legislatif, ia menjaga agar NU sebagai organisasi keagamaan bersikap netral.
Namun, kata Said, pada momentum pemilihan presiden 2019 kemarin sedikit berbeda. Sebab, saat itu, Rais Aam PBNU, Ma'ruf Amin dicalonkan sebagai wakil presiden mendampingi petahana Joko Widodo.
"Ada Rais Aam, tidak sembarangan ini, puncak tertingginya NU jadi calon Wapres, jadi kita waktu itu sulit untuk menjadikan netralitas di NU," ujar Said. [bay]