WahanaNews.co | Kementerian ESDM bersama Badan Riset dan Teknologi Nasional (BRIN) mengkaji dan mengidentifikasi teknologi alternatif pengolahan emas bebas merkuri (Hg) menggunakan larutan sianida, tiosulfat, dan tiourea.
Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria mengatakan pelindian dengan larutan sianida merupakan teknologi yang paling mumpuni dalam pengelolaan emas.
Baca Juga:
Awas! 6 Produk Kosmetik Sulsel Terbukti Mengandung Merkuri
"Berdasarkan kajian keekonomian, pelindian dengan sianida merupakan teknologi yang mampu memberikan persentase perolehan emas terbaik dan tertinggi serta paling murah dibandingkan dua teknologi yang lain," kata dia seperti dikutip dari Antara, Rabu (3/11).
Pelindian sianida melarutkan lumpur yang mengandung emas menggunakan larutan sianida dan menambahkan karbon aktif untuk menyerap emas, sehingga tidak memerlukan merkuri yang sulit didegradasi.
Melalui teknologi ini, senyawa racun sianida diubah secara kimiawi menjadi zat kimia lain yang tingkat racunnya lebih kecil dan bisa dinetralisir.
Baca Juga:
Bahaya Penggunaan Merkuri pada Konsumen: Ancaman Tersembunyi dalam Produk Sehari-hari
Pelindian sianida mampu mengolah 10 gram bijih emas menjadi sembilan gram emas bullion. Sementara merkuri, satu-satunya logam dalam bentuk cair pada temperatur kamar dari 10 gram bijih emas hanya menghasilkan tiga gram emas bullion.
Ia menyatakan pihaknya terus berupaya mengatasi penggunaan merkuri melalui sosialisasi bahaya merkuri kepada penambang emas skala kecil atau pertambangan rakyat dan sosialisasi kepada pertambangan tanpa izin.
Selanjutnya, pemerintah juga telah menetapkan peraturan yang melarang penggunaan merkuri pada kegiatan pertambangan emas maupun pengolahan emas.