Ia menegaskan, hal itu murni hanya untuk berjualan tanpa ada tujuan untuk melecehkan suku tertentu.
"Kita kepikiran, gimana caranya menyampaikan ke publik bahwa ini tuh sesuatu yang mereka biasa makan di suasana Padang. Masakan seperti gulai, bakar, atau rendang yang bisa didesain secara istilah semua orang paham ketika dengar Padang. Hanya untuk publikasi sebenarnya," tuturnya.
Baca Juga:
Ini Risiko Kesehatan Jika Sering Makan Nasi Padang
Sergio menjelaskan dirinya memang murni mencoba membuka usaha mengambil peluang baru di dunia kuliner. Terlebih, kata dia, usaha Babiambo miliknya itu dibuka pada saat awal tahun 2020 atau tepat pada masa Pandemi Covid-19.
"Karena keterbatasan knowledge kita juga, kalau ternyata ini akan menyinggung ke arah sana. Saya menyesal banget, kalau tahu dari awal bakal begini tidak akan kita lakuin," jelasnya.
Hanya saja, kata dia, usaha makanan yang ia jual secara daring itu ternyata tidak cukup menarik minat dari masyarakat. Karenanya Sergio mengatakan, usaha yang baru ia rintis tersebut hanya mampu bertahan kurang lebih sekitar tiga bulan saja.
Baca Juga:
Inflasi China Tembus Rekor Dalam 2 Tahun, Gegara Daging Babi?
"Karena itu kan awal pandemi ya, semua mencoba mencari opportunity secara online. Waktu itu akhirnya mencoba lewat online tapi hanya berjalan sekitar kurang lebih tiga bulan sebelum akhirnya saya tutup," tuturnya.
Selain olahan daging babi, Sergio menjelaskan, usaha miliknya juga tetap menjual lauk-pauk khas masakan Padang lainnya. Akan tetapi, olahan daging babi itu memang sengaja ia tonjolkan sebagai pembeda dari usaha kuliner lainnya.
Sebelumnya, anggota DPR RI asal Sumatera Barat (Sumbar), Andre Rosiade dan Guspardi Gaus mengkritik usaha kuliner khas Minangkabau yang menjual menu rendang berbahan daging babi.