WahanaNews.co | Perubahan pola seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) akan mulai berlaku pada 2023, namun sejumlah pengamat pendidikan mengingatkan bahwa sistem baru itu harus diikuti perubahan pola mengajar guru yang mengutamakan pemahaman para siswa.
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan akan menghapus tes mata pelajaran dalam seleksi bersama masuk perguruan tinggi (SBMPTN), dan menggantinya dengan tes skolastik yang menekankan pada kemampuan bernalar dan berpikir kritis.
Baca Juga:
Kemendikbudristek: Jalur Mandiri Tetap Ada Karena Amanat UU
Namun, pengamat pendidikan, Itje Chodijah, mengatakan bahwa kapasitas guru di Indonesia yang masih rendah menjadi tantangan terbesar dalam implementasi kebijakan itu.
Selama ini, guru-guru terbiasa mengajar dengan kurikulum yang padat karena para siswa ditargetkan mengikuti sistem seleksi perguruan tinggi dengan materi yang penuh hafalan.
Pola itu membuat pembelajaran di sekolah lebih sering menekankan pada capaian materi, bukan pemahaman siswa.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Apresiasi Tokoh & Tenaga Pemugar Candi Borobudur
Dengan sistem seleksi yang baru ini, Itje mengatakan para guru pun harus siap untuk mengubah pendekatan mengajarnya.
“Kualitas guru kita yang harus cepat diatasi. Yang paling menghambat adalah paradigma selama ini bahwa mengajar itu menyampaikan materi saja. Sekarang mereka harus beralih memproses materi itu. Mengubah kebiasaan ini yang paling berat,” tutur Itje dikutip dari BBC News Indonesia.
Pengamat pendidikan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, juga mengingatkan pemerintah untuk memastikan bahwa guru-guru dan sekolah di Indonesia mampu memenuhi target itu, apalagi di tengah kondisi pendidikan Indonesia yang belum merata.