WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), serta Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI resmi meluncurkan program percontohan (pilot project) penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) perempuan sebagai perawat lansia (caregiver) ke Singapura.
Program ini disiapkan sebagai model penempatan yang lebih aman, profesional, serta memberikan manfaat ekonomi yang berkeadilan bagi para pekerja migran dan keluarganya.
Baca Juga:
DPR dan Kemen PPPA Serukan Penanggulangan Bencana yang Ramah Perempuan dan Anak
Melalui proyek percontohan ini, pemerintah ingin memastikan bahwa calon PMI memperoleh pelatihan berstandar internasional, bekerja melalui jalur legal, dan mendapatkan perlindungan optimal.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, menegaskan bahwa pekerjaan perawatan baik merawat lansia, menjaga anak, maupun mendampingi keluarga merupakan tulang punggung kehidupan sosial dan ekonomi modern.
“Selama ini kerja perawatan sering dianggap alami dan taken for granted, padahal di baliknya ada kompetensi, emosi, dan tanggung jawab yang sangat besar. Melalui program ini, kita ingin mengatakan dengan jelas bahwa kerja perempuan Indonesia di sektor perawatan harus kompeten, harus terlindungi, dan harus dibayar dengan layak. Oleh karena itu, pekerja domestik perlu ditingkatkan kualitasnya dan diberikan kapasitas yang lebih baik. Sementara, saat ini rata-rata pelatihan lebih banyak dilaksanakan untuk pekerjaan berat atau teknis,” ujar Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, dalam kegiatan “The Observation of the Caregiver Training Program and the Kick-Off of The Matching Event with Singapore Agencies” di Bekasi, Rabu (03/12/2025).
Baca Juga:
Pemerintah Perketat Pengawasan Program MBG Pasca KLB, Fokus pada Keamanan Pangan Anak
Wamen PPPA menuturkan, inisiatif peningkatan kapasitas caregiver perempuan ini bermula dari diskusi bersama Duta Besar RI untuk Singapura.
Salah satu perhatian utama adalah banyaknya pekerja domestik yang berangkat secara nonprosedural sehingga tidak tercatat dan tidak mendapatkan perlindungan negara.
“Harapannya dari kolaborasi ini, calon PMI kita terlatih, melalui jalur penempatan yang legal, etis, dan berbasis kompetensi. Selain itu, melalui pilot project ini, harapannya perempuan memiliki akses dan pemenuhan hak untuk dilindungi, mendapatkan capacity building, dan bekerja sesuai prosedural yang berlaku,” tambahnya.
Program ini merupakan implementasi dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kemen PPPA, Kemnaker, dan KP2MI/BP2MI terkait Penempatan PMI Perempuan Perawat Lansia yang kompeten dan sejahtera.
Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani, menyambut baik kolaborasi lintas kementerian ini dan menekankan bahwa peningkatan kapasitas pekerja migran, terutama perempuan, akan berdampak langsung pada perbaikan pendapatan dan daya saing di pasar global.
“Perlu bagi kita untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing mereka, tidak hanya dalam keterampilan teknis, tetapi juga dalam bahasa, soft skills, etos kerja, serta pemahaman hak dan kewajibannya,” ujar Wamen P2MI.
Ia juga menyampaikan bahwa profesi caregiver memiliki prospek besar seiring fenomena populasi menua di banyak negara.
Sepanjang Januari–Oktober 2025, penempatan pekerja migran pada sektor ini mencapai 17,4 persen dari total 255.000 PMI yang ditempatkan di luar negeri.
“Melihat tingginya permintaan tenaga kerja caregiver, penting bagi kita untuk memastikan pekerja migran yang ditempatkan adalah mereka yang kompeten, memiliki keterampilan sesuai kebutuhan industri global, dan yang terpenting mendapat perlindungan optimal. Ke depan, peluang kerja di luar negeri akan semakin terbuka, khususnya pada jabatan caregiver yang terus berkembang ini,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Kepala Perwakilan RI di Singapura, Thomas Ardian Siregar, menegaskan bahwa Singapura telah memasuki fase Super Aged Society, di mana lebih dari seperempat penduduknya akan berusia lanjut dalam beberapa tahun ke depan.
Situasi tersebut mendorong kebutuhan tenaga caregiver profesional dalam jumlah besar.
“Kondisi ini membuka peluang besar bagi caregiver Indonesia yang selama ini dikenal memiliki empati tinggi, ketekunan, dan kemampuan perawatan yang baik. Kita tidak hanya menyiapkan tenaga kerja, tetapi membangun investasi jangka panjang dalam kualitas sumber daya manusia,” kata Thomas.
Ia juga berharap pilot project ini menjadi contoh nyata pelaksanaan migrasi aman dan bermartabat.
“Semoga pilot project ini menjadi langkah awal bagi kerja sama yang lebih luas serta menjadi standar baru migrasi aman dan bermartabat di kawasan,” tambahnya.
Di tingkat pelatihan, Dirjen Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kemnaker, Darmawansyah, memastikan bahwa Kemnaker siap mendukung penyediaan pelatihan sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja global.
“Kami menyampaikan apresiasi kepada Kemen PPPA serta KP2MI atas sinergi, kolaborasi, dan upaya bersama dalam mengentaskan pengangguran. Hal ini sejalan dengan program Bapak Presiden Republik Indonesia terkait penyiapan tenaga kerja untuk bekerja di dalam dan luar negeri, salah satunya melalui upskilling bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan menurunnya angka pengangguran, kami yakin Indonesia akan semakin siap menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Sejalan dengan hal itu, Kepala BBPVP Bekasi, Yose Rizal, mengatakan bahwa pelatihan vokasi kini tidak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ke pasar kerja internasional.
Tahun 2025, pelatihan caregiver dilaksanakan dalam dua gelombang dengan total peserta 21 orang pada gelombang pertama dan 29 orang pada gelombang kedua.
“Pelatihan dijadwalkan selesai pada 21 Desember. Seleksi dilakukan oleh Kemen PPPA, sedangkan fasilitas dan sarana pelatihan disediakan oleh BBPVP Bekasi. Ini kesempatan luar biasa bagi kami untuk membuktikan peran pelatihan vokasi dalam menurunkan angka pengangguran. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kemen PPPA dan KP2MI atas kesempatan berkolaborasi dalam pelatihan caregiver untuk Singapura ini. Semoga kerja sama ini berlanjut sehingga kita dapat bersama-sama bergerak menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Yose.
Program caregiver ini dijalankan dalam beberapa gelombang hingga akhir tahun 2025.
Rekrutmen dibuka bagi perempuan dari berbagai daerah, terutama yang memiliki akses terbatas terhadap pekerjaan layak.
Pelatihan utama berlangsung di BBPVP Bekasi, pusat pelatihan vokasi Kemnaker yang telah menjadi rujukan nasional dalam peningkatan kompetensi tenaga kerja.
Peserta akan menjalani pelatihan intensif selama satu bulan mencakup keterampilan teknis, bahasa, hingga etika kerja sebelum memasuki tahap on the job training dan selanjutnya ditempatkan di Singapura.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]