Selain penggunaan banyaknya kaca untuk masuknya cahaya, Gedung Panjang juga dibangun dengan fasad atau dinding luar yang dirancang dengan ruh Ismail Marzuki.
Penggalan not "Rayuan Pulau Kelapa" diterjemahkan menjadi tinggi rendahnya bentuk fasad bangunan TIM.
Baca Juga:
Putaran Kedua Pilkada Jakarta: Pemuda Pancasila Optimis Menangkan Rido
Selain sebagai bentuk apresiasi pada Ismail Marzuki, bentuk fasad itu berguna untuk mereduksi sinar matahari yang masuk ke dalam Perpustakaan.
Ia akan masukkan fasad dan unsur pola batik Betawi ke seluruh bangunan, seperti di Graha Bhakti Budaya dan Planetarium, karena simbol ini seperti dikhususkan untuk Ismail Marzuki.
Meski terkesan modern, revitalisasi TIM tetap membawa ciri khas pada bangunan lama, yakni kubah pada Planetarium yang tidak akan diubah.
Baca Juga:
Anies Baswedan: Kenaikan Tarif Sewa TIM Tak Masuk Akal, Kontroversi Muncul
Perubahan pada Planetarium hanya bersifat renovasi dan menambahkan gedung baru di area sekelilingnya.
Planetarium yang didesain oleh Ciputra itu berstatus Cagar Budaya, sehingga arsitektur bangunan, baik kubah maupun menara, hanya dilakukan pemugaran.
Saat ini, konstruksi revitalisasi TIM tahap 1 dan tahap 2 secara keseluruhan sudah mencapai 68,86 persen atau masih berjalan sesuai target (on the track).