Dokumenter tersebut kemudian menunjukkan aktivitas Nina yang berupaya memungut sampah plastik di Sungai Brantas, Jawa Timur, bersama teman-temannya. Terlihat tumpukan sampah plastik memenuhi pinggiran sungai dan tersangkut pada tumbuhan yang berada di daerah itu.
Selain itu, Nina juga menceritakan masalah pembelian sampah kertas di Indonesia.
Baca Juga:
Perundingan Indonesia-Canada CEPA Masuki Putaran ke-10, Kedua Negara Optimistis Selesaikan Kesepakatan
"Jadi pabrik kertas di Indonesia, mereka membeli sampah kertas dari negara maju, tetapi negara maju, mereka menyelundupkan sampah plastik mereka ke Indonesia karena mereka tahu bahwa daur ulang plastik itu sangat sulit dan mahal. Makanya mereka selundupkan saja ke Indonesia," kata Nina.
Sebelumnya, Nina sempat membuat surat kepada Presiden Indonesia, Joko Widodo, terkait masalah impor plastik.
Dalam surat itu, Nina mengatakan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Eropa kerap menyelundupkan sampah plastik mereka ke sampah kertas yang diimpor Indonesia.
Baca Juga:
Kain Ulos Batak Jadi Primadona di Festival Fashion Kanada 2024
"Desa Bangun, Mojokerto menjadi tempat pembuangan sampah plastik import terbesar di Jawa Timur. Para penduduk desa memilah sampah plastik impor, yang laku dijual dan yang tidak laku dijual," ujarnya.
Menurut Nina, pemilahan sampah plastik ini berdampak pada sungai di desanya. Sampah plastik harus dicuci bersih dan limbah hasil pencuciannya mengalir ke sungai. Ini menyebabkan sungai tercemar dan berdampak pada matinya ikan-ikan di sana.
Tak hanya itu, limbah plastik juga berpotensi melepaskan mikroplastik berukuran kurang dari 5 mm. Bukan tidak mungkin, mikroplastik itu masuk ke tubuh manusia.