WahanaNews.co, Jakarta - Seiring dengan kemarau panjang yang terjadi di Indonesia dan membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan.
"Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan," ujar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Baca Juga:
Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis: Wilayah RI Terdampak hingga Agustus 2024
Menag mengatakan sesuai dengan namanya, al-istisqa', adalah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fikih mendefinisikan Shalat Istisqa sebagai shalat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Shalat Istisqa pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikisahkan lewat hadis riwayat Abu Hurairah RA.
Menurut Yaqut, Shalat Istisqa menjadi bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
Baca Juga:
BMKG Imbau Wilayah di Jawa Tengah Waspadai Kekeringan Saat Puncak Musim Kemarau
"Memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin," kata dia.
Adapun pelaksanaan Shalat Istisqa sama dengan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesudah Takbiratul Ihram, melakukan takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua.
Setelah membaca Surat Al-Fatihah dan lainnya, lalu rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.
Khatib lalu menyampaikan khutbah sama seperti khutbah Idul Fitri dan Idul Adha. Khutbah dianjurkan mengajak umat Islam untuk bertobat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan baru terjadi sekitar bulan November mendatang usai musim kemarau kering berkurang intensitasnya pada Oktober.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan puncak musim kemarau kering terjadi pada pertengahan Agustus hingga September dengan intensitas panas yang semakin meningkat.
"Nanti setelah masuk Oktober, mulai berkurang, berkurang tetapi masih kering. Nah diprediksi hujan ini November," kata Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan fenomena cuaca El Nino masih terjadi. Bahkan, semakin memuncak pada Oktober-November. Di sisi lain, Indonesia diuntungkan dengan datangnya musim hujan mulai November.
Namun, lanjut dia, kondisi berbeda di kawasan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta Papua Selatan, yang diprediksi masih terjadi kemarau kering cukup kuat hingga awal Desember.
[Redaktur: Alpredo Gultom]