"Model Banyumas ini layak direplikasi. Daerah lain harus belajar bahwa tanpa landfill pun, selama ada sistem pengolahan yang terintegrasi dan berkelanjutan, penanganan sampah bisa dilakukan dengan efektif," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyumas, Widodo Sugiri, menjelaskan bahwa volume sampah harian di Banyumas mencapai 700 ton, dan baru sekitar 493 ton yang bisa diolah setiap hari oleh 36 kelompok swadaya masyarakat.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Pembangunan PLTSa di 33 Kota, Ubah 70 Juta Ton Sampah Jadi 6.000 MW Listrik Per Tahun
Sisanya masih menjadi pekerjaan rumah.
Ia menambahkan bahwa pembangunan 12 TPST akan difokuskan pada kecamatan-kecamatan yang belum memiliki layanan pengelolaan sampah seperti Gumelar, Lumbir, Somagede, Kemranjen, dan Tambak.
Selain itu, Banyumas juga mendapat hibah sebesar 150.000 dolar AS dari UNCDF untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi RDF, baik melalui PT Banyumas Investama Jaya maupun mitra swasta Greenprosa.
Baca Juga:
Pemerintah Tegaskan Aturan Sampah Kawasan, PIK Jadi Sorotan Utama
Upaya ini turut didukung oleh industri seperti Pabrik Semen Bima yang direncanakan mulai memanfaatkan RDF pada September 2025.
Pengolahan sampah tanpa TPA landfill juga sudah diterapkan selama enam tahun terakhir di Banyumas, menjadikannya pionir dalam pendekatan pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.