Namun CIA tidak tahu jika KGB gagal menjebak Soekarno, dan kemudian mereka terus-terusan menyebarkan gosip jika Soviet menjebak Soekarno dengan “rekaman di pesawat”.
CIA juga saat itu mulai melakukan aksi paramiliter ke Indonesia.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
CIA melatih dan mempersenjatai puluhan ribu pemberontak dan "tentara penyelamat" dari Filipina, Taiwan, dan AS di pangkalan militer di Okinawa, Filipina, dan Singapura, menurut Blum.
Akhirnya pemberontakan terjadi pada awal tahun 1958, dan CIA terus-terusan menyediakan senjata untuk menggempur Indonesia, tapi pemberontakan itu kurang efektif.
Akhirnya CIA menggunakan senjata alternatif yaitu propaganda jika Soekarno mudah tergoda dengan wanita.
Baca Juga:
Bupati Karo Tinjau Proyek Pelebaran Jalan, Usulkan Pemugaran Akses ke Rumah Pengasingan Bung Karno
Joseph Burkholder Smith, yang memimpin operasi CIA di Indonesia dari 1956-1958 menulis di memoarnya, "Kami berhasil dengan tema ini, berita tentang hubungan gelap Soekarno muncul di media dunia, dan saat media Inggris Round Table mengusut hubungan gelap internasional, jebakan mata-mata Rusia kepada Soekarno masuk ke dalam daftar analisis mereka."
CIA kemudian merasa hal ini sukses dan mereka perlu bukti lebih banyak agar citra Soekarno sepenuhnya runtuh, dan kemudian CIA memutuskan untuk membuat video kejadian Soekarno dan kru pramugari Rusia di pesawat.
Tentu saja CIA kesulitan membuatnya, karena sulit mencari sosok seperti Soekarno di AS yaitu kulit sawo matang dan botak, sehingga CIA memutuskan menggunakan aktor yang kemudian menggunakan topeng dengan wajah Soekarno, tulis Blum.