Lebih Buruk dari Temasek dan Khazanah?
Salah satu kritik terbesar terhadap Danantara adalah perbandingan dengan Temasek Holdings di Singapura dan Khazanah Nasional di Malaysia. Banyak yang menilai skema Danantara lebih buruk, tetapi perbandingan ini perlu dilihat secara lebih adil.
Baca Juga:
Prabowo Tekankan Profesionalisme dalam Pemilihan Tim Danantara
Perbandingan ini seperti tiga petani dengan ladang yang berbeda.
Temasek adalah petani yang mewarisi modal besar dari keluarganya. Ia bisa langsung membeli tanah di berbagai tempat dan menanam beragam jenis tanaman untuk dijual ke luar negeri. Ia tidak terlalu khawatir dengan hasil panennya, karena modalnya sudah kuat sejak awal.
Khazanah adalah petani yang lebih konservatif. Ia memiliki tanah luas tetapi lebih hati-hati dalam memilih tanaman. Ia lebih fokus pada pertumbuhan jangka panjang dan menjaga agar ladangnya tetap stabil, meskipun tidak selalu menghasilkan panen besar dalam waktu singkat.
Baca Juga:
HSG Merosot Pasca Peluncuran Danantara, Rosan: Kini Mulai Rebound
Sementara itu, Danantara adalah petani yang lahannya sebenarnya subur, tetapi selama ini tidak dikelola dengan baik. Ada banyak area yang bisa ditanami, tetapi masih terbengkalai. Ia tidak memiliki modal sebesar Temasek, tetapi juga tidak bisa hanya mengandalkan cara Khazanah yang terlalu hati-hati. Ia harus mencari cara agar lahannya bisa lebih produktif tanpa kehilangan kepemilikannya.
Jadi, jika ada yang mengatakan Danantara lebih buruk, pertanyaannya adalah: lebih buruk dalam hal apa? Jika yang dimaksud adalah dalam menjaga kendali negara atas aset strategis dan memperkuat ekonomi nasional, maka Danantara adalah skema yang disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia.
Bagaimana Pengawasannya?