BAYANGKAN bangun pagi, membuka ponsel, dan mendapati sederet lingkaran warna-warni berisi cerita-cerita baru dari teman, keluarga, hingga selebritas.
Dalam satu sapuan layar, kita bisa menyaksikan kopi pagi seseorang, perjalanan liburan, atau sekadar tulisan reflektif yang dihiasi musik sendu.
Baca Juga:
Ketua PWI Subulussalam Sebut Peran Pers Pilkada, Mengedukasi Pemulih dan Cegah Berita Hoax
Story, fitur sederhana yang menawarkan konten singkat dalam waktu terbatas, kini menjadi salah satu elemen utama kehidupan digital.
Namun, apa yang sebenarnya tersembunyi di balik banyaknya story yang kita konsumsi setiap hari?
Story media sosial lebih dari sekadar tampilan keseharian. Ia adalah jendela yang memperlihatkan apa yang ingin ditonjolkan pengguna, bukan apa adanya.
Baca Juga:
Foto-Video Mesra Khenoki Waruwu dan Kadis Pariwisata Beredar di Medsos, Plt. Bupati Nias Barat: Memalukan!
Dibaliknya, ada narasi personal, usaha membangun citra, atau bahkan sekadar pengisi kekosongan waktu.
Fenomena ini menjadi menarik karena story bukan hanya tentang berbagi, melainkan mencerminkan bagaimana manusia modern mendefinisikan eksistensi di dunia maya.
Bagi sebagian orang, story adalah media komunikasi. Tanpa perlu mengirim pesan langsung, mereka merasa terhubung dengan lingkaran sosialnya.