Dalam hal ini, Prabowo juga kemungkinan akan mempraktikkan gaya kepemimpinan yang menunjukkan kepekaan terhadap aspirasi masyarakat dan pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Jika Prabowo menggabungkan elemen-elemen dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut, maka akan melahirkan pendekatan yang unik dalam memimpin.
Baca Juga:
Total Rugi BUMD PT Jakpro Kemungkinan Berpotensi Tembus Rp1 Triliun
Kemampuannya dalam berkomunikasi dan menginspirasi seperti Soekarno, fokus pada stabilitas dan keamanan seperti Soeharto, serta pendekatan yang merakyat dan fokus pada infrastruktur seperti Jokowi, membuatnya memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang komprehensif.
Dalam konteks gaya kepemimpinan yang dikaitkan dengan hasil pembangunan, penting untuk memperhatikan slogan yang muncul di masyarakat beberapa tahun sebelumnya, yakni, "Penak Jamanku To?" atau "Enak Zaman Presiden Soeharto."
Slogan ini sering kali muncul dalam percakapan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi yang pernah merasakan masa kepemimpinan Soeharto.
Baca Juga:
Pisah Sambut Kajari Samosir: Estafet Kepemimpinan di Bumi Ulos
Masyarakat menganggap Soeharto sebagai presiden yang paling berhasil melaksanakan pembangunan di negeri ini.
"Enak Zaman Presiden Soehartoā€¯ mencerminkan kerinduan sebagian masyarakat terhadap aspek-aspek positif yang dirasakan pada masa mantan Presiden Soeharto, seperti stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan ekonomi.
Sedangkan era Reformasi saat ini dianggap menimbulkan banyak persoalan baru. Dibutuhkan kajian mendalam untuk membandingkan masalah ini termasuk tentang persoalan perubahan atau amandemen UUD 1945.