Lantas kira-kira apa relevansinya bagi kita di Indonesia? Apa yang bisa dipelajari dari riset-riset para pemenang Nobel 2021 kali ini?
Pertama, dalam kerangka kebijakan publik dan demokrasi, kita bisa mengambil pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam menerima atau menolak klaim berbagai pihak tentang dampak kebijakan atau perubahan situasi ekonomi tertentu, baik negatif maupun positif.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
Sering kali klaim keberhasilan atau sebaliknya, tuduhan kegagalan program pemerintah hanya didasari perbandingan angka rata-rata indikator tujuan kebijakan --misalnya kenaikan pendapatan-- yang diperoleh penerima program dan yang tidak.
Sering kali juga bukti yang disodorkan sekadar perbandingan indikator keberhasilan sebelum dan sesudah program diterapkan.
Perbandingan yang naif ini tidak memadai untuk menyimpulkan, apakah kebijakan itu secara umum menyebabkan naiknya, atau turunnya, pendapatan seseorang.
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
Seperti yang ditegaskan oleh riset-riset pemenang Nobel ekonomi kali ini, harus ada strategi untuk mengikis bias yang datang dari faktor-faktor di luar intervensi kebijakan.
Akibat revolusi kredibilitas, di banyak seminar akademis di berbagai fakultas ekonomi saat ini, pembawa makalah harus menyampaikan dan mempertahankan dengan jelas strategi apa yang ia pakai guna membuktikan apakah kesimpulan yang nanti ia ambil dari data yang dipakai memang benar-benar memenuhi syarat hubungan sebab-akibat.
Tentu saja sebagian besar dari kita bukan ekonom dan awam terhadap detail strategi empiris uji hubungan sebab-akibat di bidang ekonomi.