Tak hanya untuk mencerna informasi kuantitatif, literasi statistik juga secara umum bermanfaat guna menanamkan sikap rasionalitas serta berpikir logis dan obyektif --hal-hal yang sering kali absen dalam banyak debat dan wacana publik kita.
Harus diakui, persoalan literasi statistik ini bersifat struktural --bagian dari karut-marutnya kualitas pendidikan serta kecenderungan meningkatnya iklim anti-sains di negara kita.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
Walaupun demikian, dengan sumber daya yang terbatas, walaupun tak terlihat mentereng seperti ide-ide besar semacam Indonesia 4.0 atau ambisi untuk mengadopsi inovasi teknologi (sangat) tinggi, agenda peningkatan literasi statistik di dunia pendidikan dan kalangan publik ini lebih memungkinkan dan lebih bermanfaat secara luas.
Kembali ke Nobel ekonomi 2021, ketiga pemenangnya menyumbang alat-alat analisis yang kuat dan berguna untuk membuktikan hubungan sebab-akibat.
Terobosan tersebut barangkali tak terdengar spektakuler bagi khalayak ramai, namun alat analisis tersebut berguna secara langsung dalam memperbaiki kualitas pengambilan kebijakan publik dan mengurai isu-isu kontroversial yang sering menjadi perdebatan publik.
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
Untuk itu, perlu dirayakan dan, yang lebih penting lagi, dipelajari bersama-sama. (Akhmad Rizal Shidiq, Dosen Ekonomi Leiden Institute for Area Studies, Universitas Leiden)-qnt