Untungnya kita memiliki faktor risiliensi tinggi di tengah kerterbatasan kebijakan yang membawa kita masih tetap bertahan hingga titik ini.
Namun, ini tidak ideal, skenario ini tidak akan membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah pada 2045 karena beberapa kemungkinan konsekuensi, yaitu terpentalnya investasi asing (investment diversion), deindustrialisasi yang semakin persisten, dan akhirnya pertumbuhan ekonomi yang tidak sampai pada threshold yang diharapkan.
Baca Juga:
Apindo Ungkap Penyebab Tutupnya Banyak Pabrik dan PHK di Jawa Barat
Untuk bisa merekatkan risiliensi dan efektivitas memang bukan pekerjaan mudah, tetapi bukan sesuatu yang mustahil.
Berdasarkan kodifikasi kualitatif kami, ada beberapa kata kunci yang muncul sebagai medan penghantar yang efektif, yaitu teknologi dan digitalisasi, ekonomi dan sumber daya manusia, yang ternyata sejalan dengan temuan Rakhmani et al mengenai wanita dan ruang digital.
Harapannya, dengan fokus pada pengembangan sumber daya manusia yang risilien, yang mampu memanfaatkan ruang digital yang memadai, maka potensi ekonomi akan bermunculan.
Baca Juga:
Sejarah UMKM Nasional, Roda Penggerak Perekonomian Indonesia
Sebagaimana, telaah Amartaya Sen dalam Commodities dan Capabilities, Anda tidak akan bisa memanfaatkan komoditas yang ada jika anda cacat kemampuan.
Dengan demikian, konsep ruang dan waktu yang relatif terbatas akan mampu dilipat dengan kemampuan pemanfaatan potensi, searah dengan prinsip fisika quantum entanglement.
Sejatinya waktu kita cukup terbatas.