Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menanggapi tuduhan ini dengan menyesalkan pernyataan Rismon. Sigit menegaskan bahwa ijazah dan skripsi Jokowi adalah asli dan bahwa Jokowi memang kuliah di UGM, aktif dalam kegiatan mahasiswa, serta menyelesaikan skripsinya. Banyak teman seangkatan Jokowi yang juga mengenalnya dengan baik.
Menanggapi tuduhan tersebut, Jokowi dengan tenang menegaskan bahwa itu adalah fitnah yang terus diulang tanpa dasar. Ia mengingatkan bahwa UGM telah mengonfirmasi keaslian ijazahnya dan bahwa teman-temannya yang kuliah bersama di UGM juga mengetahui kebenaran ini. Jokowi juga menegaskan bahwa pihak yang menuduh harus dapat membuktikan tuduhan tersebut, bukan dirinya yang harus membuktikan sebaliknya.
Baca Juga:
Gelar Sarasehan Ekonomi, Pemerintah Himpun Banyak Masukan dalam Menjaga Ketangguhan Perekonomian Nasional
Isu ini semakin berkembang dengan munculnya berbagai pihak yang diduga terlibat, termasuk Menteri Sekretaris Negara Prof. Pratikno, yang juga mantan Rektor UGM. Pratikno diyakini banyak mengetahui tentang masalah dugaan ijazah palsu tersebut, termasuk juga sering dianggap sebagai konseptor utama dalam strategi politik Jokowi. Namun, ia tidak banyak memberikan penjelasan rinci mengenai isu ini, sementara Jokowi sendiri lebih memilih tidak menghadiri persidangan dan mengandalkan pembelaan dari berbagai institusi, terutama UGM. Keanehan ini semakin memperkuat kecurigaan publik mengenai dugaan pemalsuan ijazah Jokowi.
Selain itu, muncul pula opini di media sosial (medsos) yang seakan-akan merupakan testimoni dari pihak yang diduga sebagai putri Prof. Sumitro, dosen senior UGM, yang menyatakan bahwa ayahnya diduga tidak pernah mengenal atau membimbing skripsi Jokowi. Opini tersebut juga diduga menegaskan bahwa nama dosen senior UGM ini adalah Ahmad Sumitro, bukan Ahmad Soemitro. Hal ini semakin menambah keraguan publik terhadap narasi resmi UGM dan pemerintah terkait keaslian ijazah sarjana kehutanan UGM Jokowi.
Melihat berlarut-larutnya masalah ini, saya merasa isu dugaan pemalsuan ijazah Jokowi adalah masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan sangat sederhana. Yang dibutuhkan hanyalah sikap legowo dari Jokowi untuk menunjukkan ijazah asli dan bersedia untuk diverifikasi. Dengan demikian, publik akan dengan cepat mempercayainya, dan kasus ini bisa selesai dengan segera. Namun, karena sudah terlanjur berkembang, tampaknya kasus ini akan terus menggantung dan berlarut-larut tanpa ujung.
Baca Juga:
Warga Indonesia di Antalya Antusias Sambut Kedatangan Presiden Prabowo
Saya berpendapat bahwa mungkin hanya sosok yang memiliki kewenangan tinggi, seperti Presiden Prabowo Subianto atau Sekjen PBB António Guterres, yang dapat menuntaskan kasus ini. Masyarakat telah terbelah menjadi dua kubu: satu yang meyakini ijazah Jokowi palsu dan satu lagi yang meyakini keasliannya. Hanya pernyataan resmi dari pemimpin yang dipercaya oleh publik yang bisa meredakan ketegangan ini dan memberikan kejelasan.
Jika tidak ada pemimpin yang dapat dipercaya oleh publik untuk turun tangan, baik pemimpin di negeri ini maupun di dunia, kemungkinan besar kasus ini akan terus bergulir tanpa kepastian. Apakah kasus dugaan ijazah palsu sarjana kehutanan UGM Jokowi ini akan terus menggantung hingga akhir zaman?
Dalam pertimbangan lain, jika kasus dugaan ijazah palsu sarjana kehutanan UGM yang melibatkan mantan Presiden Joko Widodo tidak tuntas, hal ini bisa menjadi mimpi buruk bagi bangsa ini dan dunia internasional. Khususnya bagi Indonesia, kasus ini dapat dikenang sebagai negara dengan reputasi buruk di dunia dan berpotensi tercatat dalam Guinness World Records sebagai negara yang gagal menyelesaikan masalah yang seharusnya dapat diselesaikan, yaitu dugaan ijazah palsu sarjana kehutanan UGM milik mantan Presiden Joko Widodo.