Intensitas tinggi dengan teknologi dan memiliki wawasan serta jaringan berskala global menjadi nilai tambah yang harus dioptimalkan pengambil kebijakan pada sektor publik.
Untuk mendukung pemanfaatan kapabilitas generasi milenial di pemerintahan, dibutuhkan peran pemimpin dalam mengatur sumber daya aparaturnya agar roda organisasi birokrasi berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Baca Juga:
Namanya Disebut di Film Dirty Vote, Ini Respons Bobby Nasution
Gaya kepemimpinan yang dikenal masyarakat antara lain gaya karismatis yang memicu pengikutnya dengan memperlihatkan kemampuan heroik atau luar biasa (Robbins, 2006).
Menurut Robbins, gaya kepemimpinan yang juga populer ialah visioner, yakni gaya kepemimpinan yang mampu mengartikulasikan visi realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik daripada saat ini.
Gaya kepemimpinan visioner sangatlah diperlukan di pemerintahan bila birokrasi ingin menciptakan perubahan lebih optimal.
Baca Juga:
PWRI Kota Padang Kunjungi Wakil Wali Kota Ekos Albar
Gaya kepemimpinan visioner sangat cocok disematkan kepada generasi Y karena sifatnya idealis, semangat menggebu dalam bekerja, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi.
Guna menghadapi kondisi ini, pemerintah seyogianya menyiapkan strategi diri menghadapi era 4.0, dengan memperbaiki manajemen aparatur sipil negara (ASN) melalui 6P, yaitu perencanaan, penerimaan ASN, pengembangan kompetensi, penilaian kinerja, promosi dan rotasi, serta purnabakti.
Untuk generasi milenial yang sudah di birokrasi, tentu memerlukan ruang mengaktualisasi diri.