La Nina mempunyai dampak positif antara lain peluang percepatan tanam, perluasan area tanam padi baik di lahan sawah irigasi, tadah hujan, maupun ladang.
Dampak positif lainnya yaitu meningkatkan produksi perluasan lahan pasang surut, lahan pesisir akan berkembang lebih baik karena salinitas dapat dikurangi dan perikanan darat bisa dikembangkan lebih awal.
Baca Juga:
La Niña di Indonesia Sejak 2024, BMKG: Cuaca Berangsur Normal di Pertengahan 2025
Untuk mengurangi dampak negatif La Nina, perlu dilakukan pembinaan kepada para petani tentang metode pengeringan dan penyimpanan benih, karena curah hujan tinggi saat La Nina dapat memengaruhi kualitas benih.
Masyarakat juga perlu membangun gudang penyimpanan benih serta menyediakan varietas padi tahan rendaman dan melakukan penyesuaian aplikasi pupuk.
Di sisi lain, petani dapat memanfaatkan dampak positif La Nina dengan meningkatkan areal tanam pada musim hujan, terutama pada lahan kering.
Baca Juga:
La Nina Kembali! BMKG Peringatkan Banjir dan Suhu Dingin di Indonesia
Mereka juga dapat memanfaatkan mundurnya akhir musim hujan untuk menanam tanaman umur pendek dan bernilai ekonomi tinggi, serta melakukan adaptasi teknik budidaya pada daerah endemik banjir dan pertanian lahan kering di lahan gambut.
Sebagai langkah antisipasi dampak La Nina, Kementerian Pertanian melakukan tujuh langkah, yaitu pemetaan wilayah rawan banjir, sistem peringatan dini dan pemantauan rutin informasi dari BMKG, membentuk brigade La Nina, gerakan pompanisasi, menggunakan benih tahan genangan, asuransi usaha tani, serta pemberian bantuan benih gratis bagi petani yang mengalami gagal panen dan bantuan alat pengering untuk menyelamatkan hasil panen.
Dari segi sumber daya air, Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PU-Pera, Eko Winar Irianto, menyatakan bahwa kondisi La Nina dapat memenuhi kapasitas energi maksimum pada operasional waduk, sementara dalam kondisi El Nino, energi yang dihasilkan akan berkurang.