Alokasi energi, yang merupakan keseimbangan antara jumlah energi Matahari yang diserap atau diradiasi Bumi, merupakan indikator penting kesehatan iklim. Dengan mengerti hal tersebut, para pakar bisa memahami pola perubahan cuaca.
Sementara, ozon di lapisan stratosfer memainkan peran penting dalam melindungi Bumi dari sinar ultraviolet berbahaya. Berkat satelit ERBS ini lah, para pakar mengetahui, lapisan ozon di stratosfer Bumi berkurang secara global.
Baca Juga:
Bumi Deteksi Sinyal Misterius dari Jarak 16.000 Tahun Cahaya, Siapa Pelakunya?
Data tersebut membatu dalam menyusun International Montreal Protocol Agreement yang dibuat pada 1987. Lewat persetujuan itu, negara-negara di dunia setuju mengurangi bahan yang berbahaya untuk ozon yakni chlorofluorocarbons.
Mengutip situs resmi PBB, perjanjian itu telah beberapa kali diamandemen dengan terakhir terjadi pada 2016 di Kigali, Rwanda. Dalam amandemen tersebut, sejumlah negara yang meratifikasi perjanjian tersebut sepakat menambahkan hydrofluorocarbons (HFC) ke dalam bahan-bahan yang harus dikontrol.
Melansir CNNIndonesia, HFC saat ini banyak ditemukan di AC, kulkas, aeorosol dll. Bahan tersebut sebetulnya tidak menipiskan ozon, namun dapat meningkatkan emisi karbon dioksida (CO2) secara global 7-19 persen pada 2050. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.