Namun, BMKG menambahkan bahwa saat puncak musim hujan (DJF), La Niña tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap curah hujan di bagian tengah dan barat Indonesia karena interaksinya dengan sistem monsun.
Pada awal November 2024, BMKG melaporkan bahwa hasil pemantauan indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Niño-Southern Oscillation (ENSO) pada akhir Oktober 2024 menunjukkan indeks IOD berada di bawah ambang batas netral, dengan nilai -0,77 selama dua dasarian terakhir.
Baca Juga:
Hujan Deras dan Angin Kencang Ancam Belasan Daerah pada 4-5 Juni, Ini Peringatan BMKG
Hal ini menandakan bahwa La Niña telah terjadi di Indonesia sejak Oktober 2024 dengan kategori lemah.
Lantas, sampai kapan La Niña akan berlangsung?
Dalam Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Februari 2025 yang dirilis BMKG pada 24 Februari 2025, hasil pemantauan menunjukkan bahwa indeks IOD telah kembali ke kondisi netral dengan nilai 0,223, yang diperkirakan akan bertahan hingga pertengahan tahun 2025.
Baca Juga:
Hadapi Musim Kemarau Basah, Tito Minta Stok Pangan Tetap Aman
"Sementara itu, anomali SST di wilayah Nino3.4 menunjukkan indeks sebesar -0,3, yang mengindikasikan bahwa La Niña lemah sedang dalam proses transisi menuju kondisi netral," tulis BMKG dalam laporannya yang dikutip pada Selasa (25/2/2025).
BMKG juga memprediksi bahwa suhu permukaan laut di Samudra Hindia bagian timur akan tetap hangat hingga Agustus 2025, sementara Indian Ocean Dipole diperkirakan tetap dalam kondisi netral hingga Juli 2025.
Prediksi ini selaras dengan proyeksi berbagai pusat iklim dunia.