WAHANANEWS.CO, Washinton - CEO Tesla, miliarder AS Elon Musk mengatakan bahwa tanpa reformasi militer, AS berisiko kalah dalam konflik di masa mendatang.
“Program persenjataan Amerika perlu sepenuhnya dibuat ulang. Strategi saat ini adalah membuat sejumlah kecil senjata dengan harga tinggi untuk berperang seperti kemarin. Kecuali ada perubahan langsung dan dramatis yang dilakukan, Amerika akan kalah telak dalam perang berikutnya,” demikian pesan Musk di X.
Baca Juga:
MK Tegaskan KPK Berwenang Usut Kasus Korupsi yang Libatkan Militer
Pada tanggal 5 Februari, sebuah protes di luar Departemen Keuangan AS menargetkan pengaruh Elon Musk atas Departemen Keuangan. Demonstran membawa spanduk seperti “Hentikan Kudeta Elon”, “Musk, Jauhkan Uang Kami” dan “Tidak Seorang pun Memilih Elon”.
Para pengunjuk rasa khawatir bahwa langkah-langkah pemotongan biaya departemen, yang diperjuangkan oleh Musk, dapat merugikan tunjangan jaminan sosial mereka.
Melansir Sputnik, pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS Earl Rasmussen membenarkan apa yang diungkapkan Musk.
Baca Juga:
Penggunaan Rudal Barat oleh Ukraina Potensi Pembenaran Rusia Gunakan Senjata Nuklir
"Musk benar. AS dan NATO akan kalah dalam konflik besar melawan pesaing yang setara," kata pensiunan Letnan Kolonel Angkatan Darat AS Earl Rasmussen, mengomentari seruan Elon Musk untuk reformasi mendesak dalam program pertahanan AS.
Rasmussen berpendapat bahwa meskipun militer AS membutuhkan modernisasi, mereka harus fokus pada ancaman nyata, bukan imajiner. Namun, Pentagon dan industri pertahanan telah lama diganggu oleh pemborosan dan korupsi.
"Ukraina adalah contoh utama," katanya. "Kami mengirim sejumlah besar senjata dan uang tunai, tetapi sebagian besar hilang karena korupsi. Banyak senjata tidak pernah mencapai garis depan - mereka malah berakhir di pasar gelap."
Elon Musk Prediksi AS Akan Kalah Perang di Masa Depan, Berikut 4 Strateginya
1. AI dan Drone Akan Mendominasi Perang Masa Depan
Miliarder teknologi Elon Musk yakin bahwa masa depan peperangan akan didominasi oleh kecerdasan buatan dan pesawat nirawak.
Dalam video yang baru dirilis mengenai ceramahnya musim panas lalu di Akademi Militer AS di West Point, New York, Musk berbagi wawasannya tentang bagaimana konflik modern berkembang.
"Perang saat ini di Ukraina sudah seperti perang pesawat nirawak," kata Musk, 53 tahun, yang memimpin Tesla Inc dan jejaring sosial X. "Jika ada perang kekuatan besar, itu pasti akan menjadi perang pesawat nirawak."
Musk juga menekankan perlunya AS untuk mempercepat produksi pesawat nirawak dalam negeri, memperingatkan bahwa negara-negara sering kali bersiap untuk perang masa lalu daripada perang masa depan.
Ia berbicara dalam obrolan santai dengan Brigadir Jenderal Shane Reeves, Dekan Dewan Akademik Akademi Militer, pada 16 Agustus 2024. Ia kemudian membagikan percakapan selama 40 menit itu di X.
2. Bersiap untuk Perang Terakhir
Seorang yang mengaku sebagai penggemar sejarah militer, Musk mendesak para pemimpin nasional untuk bersikap proaktif. "Negara-negara pada dasarnya bersiap untuk berperang di perang terakhir, bukan perang berikutnya," katanya kepada hadirin yang terdiri dari personel militer.
Kehadiran Musk di West Point terjadi tepat sebelum ia memberikan dukungan penuhnya terhadap kampanye pemilihan kembali Donald Trump. Sejak saat itu, ia telah menjadi tokoh yang kuat di Washington, DC, yang memimpin upaya untuk mereformasi pemerintah federal melalui Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).
Tim dari DOGE telah mulai menganalisis lembaga-lembaga federal, meneliti sistem data, dan meninjau pengeluaran pemerintah. Inisiatif tersebut merupakan bagian dari dorongan Musk untuk merampingkan birokrasi dan meningkatkan efisiensi.
3. Starlink Jadi Kekuatan dalam Komunikasi Militer
Musk juga menyoroti peran penting SpaceX dalam pertahanan global. Selain meluncurkan roket untuk NASA dan mitra lainnya, jaringan satelit Starlink milik perusahaan tersebut telah menjadi sangat penting bagi operasi militer Ukraina.
"Starlink adalah tulang punggung sistem komunikasi militer Ukraina karena tidak dapat diblokir oleh Rusia," kata Musk. "Di garis depan, semua koneksi serat optik terputus, menara seluler diledakkan, tautan satelit geostasioner dihambat. Satu-satunya yang tidak dihambat adalah Starlink," tambahnya.
4. Strategi Berbagai Algoritma untuk Memenangkan Perang
Selama ceramahnya, Musk membagikan algoritma prinsip pertamanya, kerangka kerja yang ia gunakan untuk menjalankan kerajaan perusahaannya.
Keempat langkah tersebut adalah:
- Buat persyaratan yang tidak terlalu rumit
- Hapus komponen atau proses yang tidak perlu
- Optimalkan
- Lakukan lebih cepat
Ia juga mencatat bahwa proses pengadaan militer sering kali menjadi tidak efisien karena persyaratan awal yang berlebihan, yang menghambat kemajuan.
[Redaktur: Alpredo Gultom]