Menolak untuk menyerah pada mimpinya, pemuda Muslim tersebut mengajukan banding untuk menyampaikan argumen barunya, menekankan bahwa dia tidak dapat memahami bagaimana mereka dapat mencela dia karena menjalankan keyakinannya secara pribadi.
“Saya bukan seorang Muslim radikal. Saya jujur. Apa lagi yang bisa saya lakukan? Berbohong dan menyembunyikan tandaku?” tanya Karim.
Baca Juga:
Jangan Tertipu, Ini 10 Istilah Daging Babi dalam Makanan yang Wajib Kamu Ketahui
Sementara tanggapan dari akademi kepolisian berusaha menyamarkan alasan mereka menolak menyetujui lamaran Karim, Mediapart dengan tegas melaporkan bahwa impian pemuda Muslim tersebut untuk mengabdi pada negaranya sebagai petugas polisi hancur hanya karena tanda di keningnya.
Kisah yang meresahkan ini tidak mengherankan karena hal ini terjadi setelah normalisasi, bahkan banalisasi sentimen anti-Islam di Prancis. Memang benar, pemerintah Perancis dalam beberapa bulan terakhir telah membuat beberapa keputusan yang bernuansa anti-Islam.
Langkah terbaru yang dilakukan adalah keputusan kontroversial yang menolak hak perempuan dan anak perempuan Muslim untuk mengenakan jilbab di sekolah dan lembaga publik. Agustus lalu, Menteri Pendidikan Perancis Gabriel Attal menyatakan bahwa abaya – jubah longgar yang dikenakan oleh wanita Muslim – juga akan dilarang di sekolah negeri. Mengenakan jilbab di sekolah umum telah dilarang di Perancis sejak tahun 2004.
Baca Juga:
Negara Ini Penduduknya Mayoritas Islam, Tapi Larang Wanita Pakai Hijab
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.