Pasalnya, kata Nurwakhid organisasi terlarang itu kerap berkamuflase untuk tetap eksis menyebarkan paham ideologinya.
"Pembubaran HTI kan sebenarnya bukan solusi tuntas, selama ideologinya tidak bisa dilarang, organisasi ini bisa berkamuflase dalam bentuk gerakan, narasi dan organisasi non formal. Secara narasi, kelompok ini saat ini lebih memilih menggunakan kata one ummah sebagai kamuflase khilafah, itulah sebenarnya strategi metamorfosa," kata Nurwakhid.
Baca Juga:
Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Papua Barat Daya, Ini Peran Kesbangpol dan FKPT
"Sejak dulu saya menegaskan pentingnya pelarangan aspek penyebaran ideologinya yang bertentangan dengan dasar negara, selama ini belum dilakukan tugas kita tentu membentengi anak-anak muda dari virus ideologi HTI dalam berbagai bentuk nama organisasi dan kegiatan," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, viral organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disinyalir kembali melangsungkan kegiatannya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Kegiatan yang disinyalir dilakukan oleh organisasi terlarang itu digelar dengan berkedok perayaan Isra Mi'raj bertajuk 'Metamorfoshow: It's Time to be One Ummah' pada 17 Februari 2024 di TMII.
Baca Juga:
Tangkal Paham Radikal dan Teroris, BNPT Bentuk FKPT di Papua Barat Daya
Kabar kegiatan HTI dengan kedok perayaan Isra Mi'raj tersebut viral melalui unggahan akun X @chanzyeolk.
"Entah ini sudah yang kesekian kalinya kelompok berbahaya HTI lolos dalam menyelenggarakan kegiatan mereka. Berkedok dengan "Metamorfoshow: It's Time to be One Ummah" 1.200 anak muda dicuci otaknya oleh mereka. Kegiatan kemarin 17 Februari 2024," tulis deskripsi akun tersebut dikutip pada Jumat (23/2/2024).
Lantas pihak TMII pun turut buka suara adanya kegiatan peryaan Isra Mi'raj tersebut yang disinyalir diinisiasikan oleh organisasi HTI.