Ia mencatat bahwa banyak yang menyambut kabar ini dengan optimisme, tetapi ada juga yang merasa ragu mengenai hal tersebut.
"Tapi ini biasa saja, adalah hal yang lumrah di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, setiap warganya mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda. Namun, saya berharap agar setiap perbedaan pendapat sebaiknya bisa disampaikan dengan penuh adab, jauh dari caci maki dan ujaran fitnah yang tak berdasar," dikutip dari laman instagram pibadinya @luhut.pandjaitan, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga:
Luhut Bongkar Strategi Penting Pemerintah Hadapi Pandemi di Hadapan Kabinet Merah Putih
Luhut bercerita, sepanjang puluhan tahun pengalamannya mengarungi gelombang politik negara ini, ia paham betul setiap keputusan yang diambil dalam arena politik didasari oleh pertimbangan mendalam. Hal ini pun berlaku pada keputusan Prabowo dan Gibran.
"Ketika melihat keduanya dideklarasikan sebagai pasangan Capres dan Cawapres, gambaran yang muncul di benak saya adalah simbiosis antara kebijaksanaan dan energi baru yang terpadu dengan sempurna," ujarnya.
Luhut pun menilai, Indonesia bukan hanya kaya dari sumber daya alam nya saja, melainkan juga dari potensi besar generasinya. Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergi antara kebijaksanaan dari pengalaman dan inovasi generasi muda.
Baca Juga:
Penasaran? Simak, Ini Tugas Dewan Ekonomi Nasional yang Dipimpin Luhut
"Masih terekam dalam ingatan saya bagaimana dahulu Pak Jokowi memasuki percaturan politik Indonesia. Diremehkan berbagai pihak ketika maju sebagai kontestan, namun menjelma menjadi salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan," tambahnya, mengutip CNBc Indonesia.
Menurut Luhut, memenangkan dua kali pemilihan Presiden di Indonesia tidaklah sederhana, apalagi masih memiliki 80% lebih "approval rate" di setahun terakhir masa jabatannya.
Hal ini menjadi bukti betapa rakyat sangat mendukung berbagai program yang dikerjakan Presiden serta melihat Jokowi sebagai pemimpin yang tak tergantikan di Indonesia.