"Dari data di atas, Yusril bisa saja nanti mundur dari ketua umum PBB agar bisa menjadi tokoh netral, tanpa sekat, lebih luwes, dan leluasa bergerak menjadi bagian representasi yang berdiri di atas semua kelompok, golongan dan kepentingan partai manapun," ujar Pangi.
Menakar untuk menjadi kantong suara, Pangi melihat Mahfud MD punya segmentasi pemilih dari kalangan Nahdatul Ulama (NU).
Baca Juga:
Cak Imin Umumkan Periode 2024-2029 Terakhir Pimpin PKB
Pasalnya, massa NU dan PKB bisa terpecah karena tak semuanya akan memilih Muhaimin Iskandar yang menjadi cawapres dari Anies Baswedan.
"Massa NU dan PKB bisa terbelah dan mungkin itu pertimbangan (Ganjar) mengambil Mahfud, tetapi pertimbangan (Prabowo) mengambil Yusril merupakan pertimbangan bagaimana Indonesia butuh tokoh yang bersih dari korupsi dan punya pengalaman sebagai ahli tata negara," lanjut Pangi.
Menurut Pangi, jika Prabowo benar-benar berpasangan dengan Yusril sebagai calon wakil presiden, ini akan menghasilkan pertarungan politik yang berimbang.
Baca Juga:
Cak Imin Sebut Kehadiran Paus Jadi Pengingat Pembangunan Berkeadilan
Yusril dianggap sebagai sosok yang cocok untuk bersaing dengan pasangan Ganjar-Mahfud atau Anies-Cak Imin.
Survei yang dilakukan oleh Parameter Strategi Indonesia menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan calon presiden Prabowo Subianto menjadi lebih menjanjikan jika dia berpasangan dengan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra.
Elektabilitas pasangan Prabowo-Yusril lebih tinggi daripada pasangan Prabowo-Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur.