"Mereka sama-sama pakar dan profesor serta sama-sama punya pengalaman jam terbang yang sama. Kompetensi mereka juga bagus dan punya kapasitas yang sama pula," sebutnya.
Meski sama-sama ahli tata negara, Pangi melihat Yusril punya keunggulan. Menurut Pangi, Yusril merupakan tokoh politik dan menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB).
Baca Juga:
Cak Imin Umumkan Periode 2024-2029 Terakhir Pimpin PKB
Hal itulah yang tak dimiliki Mahfud, pengalaman berpolitik dan memimpin kehidupan partai politik. Keunggulan Yusril tak hanya soal pengalaman berpolitik, tapi ada representasi tokoh luar pulau Jawa yang dimilikinya.
"Yusril adalah simulasi di luar Jawa dan itu sangat representatif karena Prabowo adalah Jawa dan itu sangat ideal. Sementara, Mahfud MD punya minus karena pasangan Jawa dengan Jawa, karena Ganjar juga dari Jawa," tutur Pangi.
Pangi mengatakan Yusril bisa menjadi pertimbangan bagi Koalisi Indonesia Maju (KIM). Pasangan Prabowo-Yusril bisa menjadi kekuatan yang pas baik di dalam dan di luar Jawa.
Baca Juga:
Cak Imin Sebut Kehadiran Paus Jadi Pengingat Pembangunan Berkeadilan
"Keduanya juga merupakan Guru Besar Hukum Tata Negara, Mahfud MD dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan Yusril Ihza Mahendra dari Universitas Indonesia. Hal ini sangat seru, 2 ahli tata negara bertarung dalam Pilpres 2024, pastinya akan padat akan gagasan ketatanegaraan nantinya jika hal ini terwujud," kata Pangi.
Salah satu temuan riset Voxpol, alasan pemilih dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat sebesar 67,6 persen, sementara pengaruh partai politik pengusungnya hanya sebesar 6,8 persen.
Itu artinya, pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur atau ketokohan kandidat, ketimbang partai politik pengusungnya.