"Kemudian masuk ke dalam rumah, diminta diperlihatkan sertifikatnya, karena sertifikat ini atas nama almarhum Renny Margaretha, ibu dari Dian," ujar Hengki.
Pegawai itu ingin bertemu dengan Renny. Namun Dian Febbyana Apsari Dewi, anak Renny, menunjukkan bahwa ibunya berada di kamar sedang tidur. Saat masuk di kamar gelap itu tidak diperbolehkan menyalakan lampu, karena Dian beralasan ibunya sensitif terhadap cahaya.
Baca Juga:
Adik Prabowo Resmikan Kuil dan Gedung Serbaguna Umat Hindu di Kalideres
"Pada saat dibangunkan untuk mengecek sertifikat ini, dipegang-pegang agak lembut, curiga. Tanpa sepengetahuan Dian, pegawai koperasi simpan pinjam ini menghidupkan flash hp-nya. Begitu dilihat, langsung yang bersangkutan berteriak takbir, 'Allahu Akbar! Ini sudah mayat!' Di tanggal 13 Mei," ujar Hengki sambil menirukan.
Kepada pegawai yang terkejut, Dian menganggap ibunya masih hidup. Dia mengaku masih memberi susu dan menyisir rambut jenazah ibunya yang mulai rontok.
Para pegawai koperasi simpan pinjam itu keluar dari rumah dan mengurungkan niat untuk memproses gadai rumah. Budyanto Gunawan mengejar pegawai yang melihat jenazah Renny dan berpesan agar tidak melapor kepada siapapun.
Baca Juga:
Siswi Difabel Korban Asusila Hamil 7 Bulan di Jakbar Ketakutan Lihat Seragam Sekolah
Mengenai penyebab kematian Renny, polisi belum mengungkap kepastiannya. Termasuk juga dengan sebab meregang nyawa empat jenazah lainnya.
"Kita tidak mau gegabah, walaupun di TKP ditemukan KTP yang tersusun secara rapih atas nama orang per orang," kata Hengki.
Hingga kini polisi telah memeriksa sebanyak 23 saksi yang terdiri dari Ketua RT, petugas keamanan, dan lain-lain. Proses penelusuran keberadaan CCTV yang menangkap aktivitas mereka juga masih dilakukan.