"Selanjutnya dia menunjukkan foto
ngelola dapur umum di Tanah Abang dan Menteng, katanya
untuk korban Covid-19. Setiap hari dia siapkan 6.000
nasi bungkus," tambah Napoleon.
Terakhir, kata Napoleon, Tommy
membawa-bawa nama Wakil Ketua DPR F-Golkar, Azis Syamsuddin, dan bahkan meneleponnya.
Baca Juga:
Pernah Putus Sekolah, Djoko Jadi Pemilik Alfamart Berharta Triliunan
"Dia menelepon Azis Syamsuddin,
Wakil Ketua DPR, dan menyerahkan HP-nya ke saya. Telepon-telepon ini saya pahami bahwa orang ini
meyakinkan saya bahwa permintaannya tolong dilayani, karena
pertama membawa jenderal dan menunjukkan kedekatannya dengan Kabaresrim. Walau
saya tahu dia itu adik kelas, kemudian ingin menunjukkan yang lebih besar lagi, yaitu Pak Azis Syamsuddin juga petinggi," ungkap Napoleon.
Napoleon mengakui diminta mengecek
status DPO Djoko Tjandra. Namun, ia menegaskan tidak pernah menerima
sesuatu pun dari Tommy.
"Tidak pernah terima, tidak
terima juga dari bawahan saya. Saya sejak pertama kali mendengar (pemberian)
itu sebetulnya ingin punya waktu klarifikasi dengan Tommy, tapi saat itu saya masih menjabat Kadivhubinter, tapi saya tahu
beliau (Tommy) dijaga ketat oleh petugas tidak berseragam anggota Polri,"
ungkap Napoleon.
Baca Juga:
MA Perberat Masa Hukuman Djoko Tjandra Jadi 4,5 Tahun
"Saudara sudah disumpah, ya?" tanya hakim Saifuddin Zuhri.
"Ya benar, Yang Mulia, saya tidak
terima," kata Napoleon.