WahanaNews.co | Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) minta pihak tertentu agar menghentikan intimidasi korban maupun saksi dalam kasus kekerasan seksual yang dilakukan pendiri Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu, Jawa Timur, berinisial JE.
"Kami meminta pihak-pihak tertentu menghentikan percobaan intimidasi kepada saksi dan korban maupun keluarganya. Biarkan proses hukum yang berjalan," kata Wakil Ketua LPSK Susilaningtias melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (12/7).
Baca Juga:
Jaksa Tolak Pleidoi, Kuasa Hukum Supriyani Tetap Yakin Akan Putusan Bebas
Ia mengatakan meskipun terdakwa telah ditahan, LPSK menemukan adanya upaya intimidasi kepada korban, saksi, dan keluarganya oleh pihak tertentu.
Hingga saat ini, kata Susilaningtias, LPSK tetap memberikan perlindungan kepada para saksi dan korban dalam kasus ini. LPSK berkomitmen mendukung langkah aparat penegak hukum untuk segera mengungkap kejahatan tersebut.
Komitmen tersebut, kata dia, salah satunya dengan cara menghadirkan saksi dan korban saat pemeriksaan atau pemberian keterangan dalam proses persidangan.
Baca Juga:
Jaksa Bidik Proyek PSU Milik Suku Dinas PRKP Jakarta Pusat
Sebagaimana diketahui, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang memerintahkan penahanan terhadap JE. Berbekal perintah pengadilan, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur menangkap dan menjebloskan JE ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Lowokwaru Malang pada Senin (11/7).
Merespons hal itu, LPSK mendukung gerak cepat Kejati Jawa Timur yang langsung mengeksekusi perintah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Malang. "Penahanan terdakwa dapat memberikan ketenangan para korban," kata dia.
Kasus dugaan kekerasan seksual yang menyeret motivator sekaligus pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Julianto Eka Saputra menjadi sorotan setelah para korban buka suara di media sosial.
Kasus itu pertama kali dilaporkan pada 29 Mei 2021 lalu oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Lalu pada 5 Agustus 2021, JE resmi ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam laporannya, Komnas PA mengungkapkan korban yang terdaftar hanya sebanyak 14 orang. Namun, korban sesungguhnya mencapai 40 orang. Semuanya bahkan sudah melapor ke Polres Batu, Malang, Jawa Timur.
Diketahui, para korban dilaporkan menerima berbagai aksi bejat pelaku. Mereka diperkosa hingga 10-15 kali dan bentuk tindak kekerasan seksual lainnya.
Kasus kekerasan seksual yang dilakukan JE, saat ini tengah disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Malang yang dilakukan secara tertutup.
“Sebanyak lima belas (15) saksi korban telah diminta keterangannya sejak pemeriksaan di Polres Batu dan di dalam persidangan. Meski yang diminta keterangan hanya 15 saksi korban, namun diduga korban lebih dari 15 orang,” tutur Nahar.
Rencananya, pada 20 Juli 2022, persidangan akan dilanjutkan dengan agenda pembacaan tuntutan pidana oleh Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan Kejaksaan Negeri Batu. [qnt]