Menurut Ritonga, PDIP perlu berhati-hati menghadapi ancaman ini, dan Ganjar Pranowo juga tidak terlepas dari risiko tersebut.
"Wajar kalau misalnya Ganjar dalam lampu kuning kalau tidak bisa menjaga hubungan dengan Pak Jokowi, termasuk juga PDIP," kata Jamiluddi, mengutip CNNIndonesia, Jumat (25/5/2023).
Baca Juga:
Jokowi Geram Dituding Gunakan Ijazah Palsu: Saya Dihina Sehina-hinanya
Dia berpendapat bahwa elektabilitas PDIP berisiko terganggu jika "berlawanan" dengan Jokowi.
PDIP dan Ganjar perlu menjaga hubungan yang baik dengan Jokowi agar sejumlah suara tidak beralih ke kandidat presiden lain.
Menurut Jamiluddin, kehadiran Jokowi dalam kampanye Ganjar bukanlah cukup. Ini dianggap oleh publik sebagai kewajiban Jokowi sebagai anggota partai. Menurutnya, publik masih menganggap bahwa sikap Jokowi terhadap calon presiden masih ambigu.
Baca Juga:
Jokowi Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus, Duduk Sejajar dengan Trump dan Zelensky
"Dengan ketidakjelasan tersebut, orang mungkin melihat bahwa Pak Jokowi lebih berpihak pada Pak Prabowo daripada Ganjar. Untuk mengubah pandangan ini, Pak Jokowi perlu dengan tegas menyatakan dukungan untuk Ganjar pada suatu waktu," ungkapnya.
Dalam konteks yang berbeda, Pangi Syarwi Chaniago, seorang Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting, mengungkapkan bahwa pengaruh Jokowi memiliki dampak besar dalam menentukan calon presiden 2024.
Berdasarkan survei Voxpol pada November yang lalu, Jokowi memiliki kemampuan untuk memengaruhi 25 persen pemilih untuk mendukung calon presiden tertentu.