Menurutnya, NasDem akan patuh dengan Jokowi jika diusir dari pemerintahan. Namun, dia menganalogikan NasDem seperti seorang ayah untuk Jokowi.
"Kalau Presiden mengatakan NasDem Cao NasDem akan taat dan patuh bukan PDIP, Bertepuk tidak bisa sebelah tangan. Jangan saat gelak tertawa ibu-bapak kita, kita lupakan. Jangan kacang lupa pada kulit," tuturnya.
Baca Juga:
Megawati Akui Luka Hati Usai Pemilu 2024
Willy pun meminta PDIP tidak memprovokasi karena perbedaan sikap politik. Dia menyinggung bahwa NasDem tak pernah mengganggu PDIP bila menolak Undang-Undang di DPR.
"Jadi PDIP bersikap dewasalah jangan provokasi seperti ini, ini provokasi recehan dan kami tidak pernah juga memprovokasi PDIP ketika menolak UU yang diusulkan pemerintahan Jokowi-Amin di DPR, gak bilang juga kenapa PDIP begitu, gak kekanak-kanakan. Kita mencoba berdiri sama tinggi duduk sama rendah," tutupnya.
Dinilai menjadi partai seperti kacang lupa pada kulitnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menanggapinya dengan santai. Menurutnya, hal tersebut tak masalah dilakukan dalam politik. Selama tujuannya demi kemakmuran dan keadilan rakyat.
Baca Juga:
Langkah Mengejutkan PDI-P: Adi Sutarwijono Dicopot dari Ketua DPC Surabaya
“Kacang lupa kulitnya itu kalau spiritnya membangun reformasi, kemudian berjuang bagi kemakmuran dan keadilan rakyat, tapi dalam praktik politiknya justru terjadi penyimpangan-penyimpangan dari apa yg sudah dijanjikan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, PDIP selalu terbuka dalam menjalankan koalisi. Termasuk dengan masukan atas kekurangan dari internal partai. Untuk itu, Hasto mengingatkan, lebih baik mengintrospeksi diri dahulu dibanding menyalahkan pihak lain.
“Maka PDIP ini berpolitik dengan merangkul, dengan bergotong royong, kalau ada kelemahan-kelemahan internal kami ini melihat ke dalam, memperbaiki ke dalam, bukan menyalahkan apalagi menyerang pihak lain. Itu etika politik yang dikedepankan oleh PDIP,” tutup Hasto. [eta]