"Saya nggak tahu. Jadi kejebak, 'kejebak kenapa om?' 'Pemimpin sekarang iblis semua' kata dia. 'Tolong bantu kita untuk menalangi permintaan pimpinan tiap bulannya.' Ya saya sampaikan, 'apa yang saya bantu? Cuma uang saya kan nggak banyak om.' 'Udah tenang aja lu, nanti gue kasih kerjaan dah.' Yaudah," jawab Hendra.
Hendra mengatakan Gempur menjanjikan uang yang dipinjam darinya akan dikembalikan lantaran menyakini SYL akan di-reshuffle. Dia mengatakan Gempur menyebut uang itu akan dikembalikan dari patungan eselon I Kementan.
Baca Juga:
Kasus Korupsi X-Ray Kementan: KPK Telusuri Dugaan Aliran Dana Kepada SYL
"Itu janji-janjinya?" tanya jaksa.
"Iya. Jadi selain itu juga dia bilang begini pak, 'itu nggak lama kok. Sebentar lagi dia juga kena reshuffle. Setelah dia reshuffle nanti enggak akan ada lagi yang seperti ini permintaan-permintaan'. Di samping itu, lalu saya ditemui Pak Hafidz. Saya juga diminta diketahui nggak hanya Pak Gempur. Jadi selain Pak Hafidhz, saya minta temui pimpinan di atas Pak Hafidhz. Waktu itu saya belum kenal sama Pak Musyafak. Didampingilah saya oleh Pak Gempur hari keberapanya, ketemu dengan Pak Musyafak di ruangan beliau. Dia hanya bilang 'iya mas tolong bantu kami. Mas Hendra nggak usah khawatir. Nanti uang itu akan diganti dari patungan eselon I'," jawab Hendra.
Hendra mengetahui adanya praktik patungan sharing eselon I itu dari cerita Gempur. Dia mengaku mengikuti pemberitaan terkait reshuffle menteri hingga merasa kasihan dan meminjamkan uang ke Kementan.
Baca Juga:
Terkait Korupsi Xray Kementan, KPK Periksa 2 Orang Pihak Swasta
"Di situ anda tahu uang patungan?" tanya jaksa.
"Iya, jadi saya memang dijanjikan itu dari Pak Musyafak, Pak Gempur, dan Pak Hafidhz. Lalu seiring waktu berjalan, pernah ketika pengumuman reshuffle itu ternyata Pak SYL tetap menjadi menteri, 2021 itu," jawab Hendra.
Seingatnya, ada 2 kali pengumuman ketika itu. Secara psikologis, dia merasakan beban yang berat.