"Nah, intelijenlah yang atur itu
operasi, dengan risiko minim dan tanpa dampak sosial. Ingat ya, kita ini
negara nomor 4 terbesar di dunia. Standar tinggi yang diharapkan Bapak Presiden
harus dicapai, bukan mencari pembenaran sendiri dan menyalahkan pihak lain,"
ujarnya.
"Coba kembali kita ingat bersama
ketika peristiwa bom Thamrin, Jakarta, terjadi. Waktu itu, saya mengendus, pihak user, melalui salah satu selnya, akan mengajukan Indonesia ke Amnesti Internasional. Sebelum hal
itu terjadi, saya langsung operasi counter
media, dan mereka kaget karena ketahuan, sehingga tidak meneruskan niatnya,
sebab saya sudah mendahuluinya. Silakan dicek jejak digital saya di
media-media," lanjut Suhendra.
Baca Juga:
HRS Sebut ‘Negara Darurat Kebohongan’, Pengacara: Itu Dakwah
Tapi, bagi
Suhendra, yang terpenting user
tersebut sudah lebih maju selangkah, karena memiliki keberanian mengajukan
Indonesia ke Amnesti Internasional.
Hal ini memotivasi mereka, karena merasa sudah pernah menang dalam kasus melawan pemerintah Israel, terkait kasus Mark Namara.
"Ini yang luput dari radar kita.
Inilah salah satu opsi yang akan diambil user
MRS. Jangan sampai situasi ini menggangu kinerja Pak Jokowi. Saya sangat
berharap Pak Jokowi lanjut tiga periode, agar
pembangunan bisa berkelanjutan, karena Indonesia butuh eksekutor seperti
beliau," tandasnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.