WAHANANEWS.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Abuleke Institute sekaligus Alumni Yale AS, Lamadi de Lamato mengungkap bahwa serangan opini negatif yang diterima Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia belakangan terlihat melampaui toleransi nalar sehat.
Terlebih Bahlil dinilainya memiliki segudang prestasi, sehingga apa yang dikerjakan lelaki yang juga Ketua Umum Golkar itu selalu salah.
Baca Juga:
Purbaya Hingga Zulhas Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Ini
"Prestasi yang ia torehkan sebagai anak kampung, yang bisa berada di lapisan elit tetap dikaitkan buruk. Begitupun kebijakannya yang memperbaiki sistem yang rusak warisan lama, baik di kementerian dulu hingga sekarang juga disebut buruk. Apapun tentang Bahlil selalu dipersoalkan publik terutama buzzer jahat," ungkap dia, dikutip Minggu (28/9/2025) melansir CNBC Inodonesia.
Lamadi pun menyayangkan diskredit publik yang buruk kepada Bahlil. Dia pun yakin orang-orang yang berprasangka buruk kepada Bahlil sebenarnya bukan orang jauh, melainkan justru orang-orang dekat Menteri ESDM tersebut.
Oknum tersebut disebut juga pendengung (buzzer) yang memiliki strategi dan tujuan yang negatif. Oknum buzzer tersebut dinilai tidak ingin Bahlil ada di posisi strategis.
Baca Juga:
Isu Puteri Komarudin Jadi Menpora Baru, Dito Ariotedjo Buka Suara
"Hubungannya (Bahlil) yang bagus dan mesra dengan Presiden Prabowo adalah bencana buat buzzer perusak bangsa tersebut," imbuh dia.
Kasus yang menimpa Bahlil disebut Lamadi mengingatkannya dengan buku Analisis Kritis karya Eriyanto. Buku tersebut menggunakan teori Heiddeger tentang berita yang dibuat tidak bebas nilai. Berdasarkan analisis di buku tersebut, berita yang tidak bebas nilai dengan pemberitaan buruk tampak sengaja diciptakan untuk tujuan kekuasaan manipulatif.
Menurut Lamadi, berita tersebut diciptakan dengan menggiring opini tertentu yang bersifat destruktif. Dalam kasus ini, Bahlil yang sejak awal masuk di pemerintahan, tidak kunjung berhenti dibombardir dengan berita yang tendensius dan memojokan.
Lamadi mengaku cukup emosi terhadap serangan negatif yang mengarah pada Bahlil, mengingat statusnya yang merupakan orang timur. Namun, biar bagaimanapun tidak mungkin opini negatif tersebut disikapi dengan cara kasar. Lantas, Lamadi menyarankan para buzzer yang menyerang Bahlil untuk bertobat.
"Saya tidak melarang kritik, tapi bangunlah kritik yang baik seperti tidak menyentuh aspek rasial yang paling dikutuk oleh dunia," imbuh dia.
Lamadi melanjutkan, sangat aneh jika ada Menteri asal Indonesia Timur yang terbukti berprestasi dan selalu membuat gebrakan tapi selalu disudutkan dan opini negatif. Padahal, meski bukan lulusan Universitas Harvard atau sejenisnya, Bahlil dipandang memiliki kompetensi internasional sehingga ia dapat dipercaya mengelola dan memimpin Kementerian ESDM yang membutuhkan skill tinggi.
Bahlil pun mendapat pujian langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Presiden menyebut bahwa biasanya memimpin kementerian strategis dipimpin oleh sosok lulusan luar negeri. Namun, Bahlil ternyata kuliah di Papua dan tetap mampu memimpin Kementerian ESDM yang sarat dengan mafia dan tambang.
Pada akhirnya, Lamadi menganggap buzzer yang memojokkan Bahlil di media sosial adalah buzzer bayaran yang memang ditugaskan untuk mencegah upaya Menteri ESDM tersebut dalam melakukan bersih-bersih dari elit hingga akarnya. Padahal, upaya yang dilakukan Bahlil patut diberi dukungan karena akan berdampak positif terhadap pemerintahan itu sendiri.
"Setiap kebijakan ESDM yang dilakukan Bahlil, saya yakin semuanya adalah gebrakan yang sangat ditunggu untuk perbaikan yang lebih baik," pungkas dia.
[Redaktur: Alpredo Gultom]