Artinya, komunikasi Istana bukan hanya
common sense atau berakal sehat,
tetapi komunikasi yang juga harus berdasarkan otoritas atau kewenangan yang
melekat dari lembaga kepresidenan.
Sehingga, diharapkan pernyataan-pernyataan
yang keluar dari mulut jubir itu betul-betul merujuk pada data seharusnya, atau
kebijakan yang semestinya dikehendaki Istana.
Baca Juga:
Fadjroel Rachman Yakin Jokowi Tegak Lurus Reformasi Terkait Masa Jabatan presiden
Kriteria ketiga, menurut Gun Gun, adalah dapat memiliki sifat direktif
atau memberi arahan.
"Kenapa? Karena pernyataan
presiden melalui juru bicara itu akan menjadi direction, menjadi arahan, bagi seluruh kementerian, lembaga, dan daerah.
Sehingga, pernyataan itu harus pernyataan yang betul-betul implementatif,
jangan ambigu," urai Direktur Eksekutif The Political Literacy ini.
"Tentu, terakhir,
ofisial. Pernyataan itu harus pernyataan resmi. Jadi, empat
karakteristik komunikasi Istana itu, kenapa saya sebut Istana, tentu itu adalah
komunikasi lembaga kepresidenan. Karena kan
jubir presiden. Dia harus punya pensifatan tadi itu," sambung Gun Gun.
Baca Juga:
Belum Ada Keinginan Cari Jubir Baru, Jokowi: Sendiri Saja Dulu
Lantas, siapa figur yang tepat untuk menggantikan Fadjoel Rachman?
Terkait siapa figur yang tepat untuk
menggantikan Fadjroel, Gun Gun menilai, penggantinya wajib memahami
komunikasi dan politik.
Sebab, lembaga kepresidenan, selain
aspek politiknya tinggi, jubir presiden harus memahami lanskap komunikasi yang
berkembang.