"Baik itu komunikasi kelembagaan,
kan ini the highly multiparty system ya. Jadi, memang harus betul-betul
komunikasi kelembagaannya jalan, komunikasi antarpribadinya jalan, sehingga
orang betul-betul mamahami lanskap komunikasi dan lanskap politik dalam waktu
berbarengan," jelas Gun Gun.
Gun Gun juga berpendapat, seorang jubir presiden harus memiliki gaya komunikasi structuring style atau mampu membedah
argumentasi presiden secara lebih rinci.
Baca Juga:
Fadjroel Rachman Yakin Jokowi Tegak Lurus Reformasi Terkait Masa Jabatan presiden
"Itu khas the structuring style, jadi gayanya harus gaya berstruktur. Untuk
melengkapi apa? Melengkapi posisi Pak Jokowi yang orang equalitarian," sebut Gun Gun.
Terakhir, ia berpandangan, figur jubir presiden harus memiliki jaringan komunikasi yang
bagus.
Menurutnya, jaringan komunikasi sangat
penting, sebab kini tak ada ruang yang bisa dikendalikan penuh oleh pemerintah.
Baca Juga:
Belum Ada Keinginan Cari Jubir Baru, Jokowi: Sendiri Saja Dulu
"Misalnya,
temen-temen media, NGO, teman-teman khalayak kunci seperti ormas NU, Muhammadiyah.
Contoh media, kan berbeda saat orde
baru, yang pemberitaan itu bisa di-framing sedemikian rupa oleh Istana. Sekarang kan terdistribusi dengan banyak orang. Media dengan karteristiknya,
NGO dengan karakteristiknya. Sehingga ini penting. Sehingga tidak kesulitan
merepresentasikan maksud dari istana," pungkas Dosen UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta itu. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.