Ia juga sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan diundang sebagai pembahas masalah ekonomi di Radio Hilversum.
Tak terpungkiri, Batara adalah seorang cendekia berwawasan kemasyarakatan mendalam. Kesibukan
intelektualnya nyaris tak memberi peluang giat dalam aktivisme LSM seperti Kommittee Indonesie yang dipimpin Prof. W.F. Wertheim.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Adalah Wertheim yang memperkenalkan Batara kepada Prof. M. Ellman, pakar ekonomi Eropa Timur, yang kemudian memberi Batara peluang menulis dissertasi tentang krisis ekonomi Polandia 1978-1982.
Kajian ini berkembang menjadi buku The Polish Economic Crisis. Background, Causes and Aftermath (1991). Dia pensiun pada 1997. Di masa 1980-an itulah Batara produktif mempublikasi puluhan artikel ilmiah dan
memoranda.
Karibnya, Emil, mengatakan, “Pribadi Batara selaku ilmuwan intelektual bersinar kembali”.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Meski begitu, Batara tak absen dalam aktivisme HAM dan pro-demokrasi Indonesia di Belanda. Di era kejayaan Orde Baru di tahun 1980-an, dia rajin membantu publikasi bulanan Berita Indonesia, periodik kritis Tanah Air, juga menjadi mentor 'Diskusi Rabu' di rumahnya di Vinkenstraat No. 1 dan di markas aktivis di Tuinstraat, Amsterdam.
Bulan Februari 1992, ia memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu ekonomi setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "The Polish Economic Crisis 1979-1982," di Universitas Amsterdam.
Sejak Mei 1995 Batara diangkat menjadi peneliti tamu di FE Universitas Amsterdam. Ketika ia berusia 65 tahun, pada 1997, ia pun pensiun.