Pernyataan Irjen Ferdy Sambo tersebut disampaikan saat memenuhi panggilan penyidik Bareskrim Polri, Kamis (4/8).
Pakar Mikro Ekspresi, Kirdi Putra menilai Irjen Ferdy Sambo dalam kondisi tegang ketika menyampaikan keterangannya di hadapan awak media. Terdengar dari intonasi suaranya dan terlihat dari kondisi wajahnya.
Baca Juga:
Hakim Tolak Eksepsi Arif Rachman Arifin, Salah Satu Saksi Kunci Pembunuhan Brigadir J
“Bukan emosi, marah, ataupun takut, justru dia tegang,” kata Kirdi saat dihubungi media beberapa waktu lalu.
Pernyataan Irjen Ferdy Sambo juga disampaikan secara spontan, tidak terkonsep. Pada akhirnya menimbulkan kesan, dia tidak menyesal atas kejadian di rumahnya pada 8 Juli lalu hingga menyebabkan kematian ajudannya, Brigadir J.
“Gaya bicaranya tetap dominan seperti Ferdy Sambo sebelumnya. Tapi, kalau saat ini cenderung tidak beraturan dan tidak tertata dengan baik. Ada sisi-sisi psikologis yang membuat dia tegang. Atau kemungkinan, dia masih memendam marah, tapi kalau takut tidak. Sehingga, memberikan kesan, dia tidak menyesali apa yang sudah terjadi,” papar Kirdi.
Baca Juga:
Brigjen Hendra Kurniawan Hari Ini Jalani Sidang Etik Kasus Brigadir J
Logisnya, ketika orang benar-benar sedih dan memintah maaf intonasinya pasti berbeda meski biasanya galak, tegas, atau lugas.
Namun, ini hanya sekadar opini, validitasnya hanya 50 persen karena ketika memberikan pernyataan, Irjen Ferdy Sambo menggunakan masker.
“Yang terlihat upper facenya saja. Alis agak turun di bagian tengah, matanya tidak terlalu fokus ke satu titik doang. Ini, beberapa ciri-ciri tegang. Sedangkan bibir tidak terlihat. Jadi, tidak bisa dikonfirmasi apakah benar atau tidak,” kata Kirdi.