Sebanyak 24 persen dari mereka yang awalnya berkenalan di dunia maya mewujudkan relasi tersebut ke kehidupan nyata. Sementara 18 persen lainnya mengaku berkencan dengan orang yang baru kenal di berbagai platform media sosial.
"Pesatnya perkembangan dalam upaya menemukan pasangan ini juga disertai risiko emosional hingga finansial," kata Connell.
Baca Juga:
Jaksa Gadungan Menipu Rp4,6 Miliar untuk Judi Online, Ditangkap Kejagung
Pada 2021 misalkan, kepolisian Singapura dan Malaysia melacak kelompok yang khusus menyasar orang-orang dimabuk cinta sebagai target penipuan percintaan alias romance scams.
Sindikat itu diduga berada di balik setidaknya delapan penipuan di Malaysia dan Singapura. Salah satu kasus terbesarnya adalah seorang wanita Singapura berusia 41 tahun yang kehilangan Sin$ 28 ribu atau sekitar Rp 296 juta.
Soal usia korban penipuan kekasih virtual, penelitian Kaspersky menunjukkan kelompok usia yang paling banyak tertipu.
Baca Juga:
Membantah Mitos: 5 Cara Menjadi Pengusaha Sukses bagi Si Introvert
Mereka adalah generasi babby boomers dan silent generation. Generasi babby boomers lahir pada 1946-1964 (kini berusia 58-76 tahun) dan silent generation yang lahir pada 1918-1945 (kini berusia 77 tahun ke atas).
Sementara generasi Z, generasi X, dan generasi milenial cenderung cukup berhati-hati dalam menggunakan layanan kencan online.
Meski begitu, tiga kelompok generasi ini tetap menjadi sasaran empuk dan dapat teperdaya oleh para penipu berkedok asmara.