Hamka, dalam novelnya, mengutip tulisan surat kabar Aneta (Algemeen Nieuws-en Telegraaf-Agentschap/kantor berita pertama di Indonesia), mengabarkan detik-detik tenggelamnya kapal uap milik perusahaan pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) --cikal bakal Pelni.
"Surabaya, 20 Oktober (Aneta). Pada pukul 1 tadi malam. Marine komandan di sini menerima radio dari Kapal Van der Wijck, meminta pertolongan (S.O.S) sebab telah miring. Seterimanya kabar ini Marine dengan segera menjalankan pertolongan yang perlu. Kapal tersebut telah berangkat dari Surabaya ke Semarang pukul 9 malam. Dia telah tenggelam 15 mil jauhnya dari sebelah utara Tanjung Pakis," tulis kantor berita Aneta.
Baca Juga:
Pemerintah Lamongan Tempatkan Sudut Baca Lentera di 13 Lokasi
Dikutip JavaPost, Kapal Van der Wijck diambil dari nama seorang Gubernur-Jenderal Hindia Belanda, Jonkheer Carel Herman Aart van der Wijck (29 Maret 1840 - 8 Juli 1914).
Kapal tersebut dibangun Maatschappij Fijenoord N.V., pabrik galangan kapal di Feyenoord, Rotterdam, tahun 1921.
Pada bulan itu, kapal berlayar dari Bali melalui Surabaya.
Baca Juga:
Pemprov Jawa Timur Siap Bantu Rekonstruksi Pasca Gempa
Rute selanjutnya melalui Semarang ke Tanjung Priok Batavia dan selanjutnya berlayar ke Palembang.
Pada 19 Oktober 1936, kapal yang memiliki bobot 2.500 ton itu berlayar dari Surabaya menuju Tanjung Priok dengan membawa 260 orang.
Kapal sedianya bertolak dari Pelabuhan Tanjung Perak pukul 6 petang, tertunda hingga pukul 9 malam karena muatan penuh.