Menara lampu kecil itu merupakan sebagai hadiah tambahan kepada para nelayan Brondong sebagai penanda, karena Brondong sendiri tidak memiliki mercusuar, para nelayan dari tempat ini selalu harus menuju cahaya Toeban terdekat pada malam hari, dan kemudian berlayar ke dekat pantai ke desa mereka sendiri.
De Indische Courant, koran berbahasa Belanda yang terbit di Indonesia (22 Oktober 1938), menulis, "Sekarang menara akhirnya selesai. Ini telah menjadi bangunan persegi panjang sekitar 8 meter dengan perancah besi untuk lampu (minyak bumi) di atap datar. Sebuah plakat peringatan yang disumbangkan oleh perusahaan Ziesel di Soerabaja, dengan teks yang didedikasikan untuk para penyelamat: 'Tanda peringatan kepada penoeloeng-penoeloeng waktoe tenggelamnya kapal Van der Wijck. DD. 19/20 Oktober 1936', menghiasi sisi kanan gedung."
Baca Juga:
Pemerintah Lamongan Tempatkan Sudut Baca Lentera di 13 Lokasi
Menara kecil ini sekarang disebut monumen oleh semua orang.
Meskipun bentuknya lebih mirip mercusuar atau menara pengawas, tapi mengingat sejak beberapa dekade lalu sudah kehilangan fungsi --seiring perluasan pelabuhan, maka sebutan monumen layaknya pantas disematkan.
Apalagi, tepat di sebelah monumen itu ada menara transmisi yang jauh lebih tinggi.
Baca Juga:
Pemprov Jawa Timur Siap Bantu Rekonstruksi Pasca Gempa
Beberapa bangunan lain juga berdiri lebih tinggi sehingga mengaburkan pemandangan monumen itu.
Namun, nilai-nilai luhur warga Desa Brondong tak tergerus zaman. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.