Dijelaskan Aris bahwa persoalan ini bermula dari protes masalah seragam.
Aris menjelaskan bahwa sekolah tidak menjual seragam.
Baca Juga:
Benda Asing Mirip Peluru Lukai Balita di Sleman
Dalam hal ini, Paguyuban Orang Tua (POT) membantu orangtua lain dalam pembelian seragam, tetapi bersifat sukarela.
"Jadi pertama, gini masalahnya, jadi waktu itu orangtua protes kaitan seragam, kita fasilitasi di sekolah, tetapi setelah di sekolah itu malah ada ortu tidak kondusif, gebrak meja. Di situ tidak selesai permasalahan itu," katanya.
Selanjutnya, Agung ini keluar dan menemui perwakilan POT.
Baca Juga:
Siap Sambut Investor di Jateng-DIY, PLN Grup Kolaborasi dengan Pemerintah
Di sana, menurut Aris, justru Agung-lah yang melakukan intimidasi kepada orangtua lainnya.
Agung, yang merupakan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), selalu menyebutkan dirinya ini penyidik kepada orangtua siswa lainnya.
"Dia menduga-duga kepala sekolah bermain di situ. Kalau tidak lapor, kalian (POT) ikut kami babat. Kalau Kepsek itu mengakui, itu turun, atau mengundurkan diri, atau gimana," jelasnya.