"Mengenai hal tersebut tidak ada korelasi dengan keadaan cuaca di wilayah setempat," ucapnya.
Beberapa tahun lalu, peristwa serupa pernah terjadi di pesisir timur Australia.
Baca Juga:
Respons Bupati Nias atas Viralnya Siswa SD Rekam Kondisi Sekolah Tanpa Guru hingga Sebulan Tak Belajar
Busa tersebut sebagian besar terdiri dari bahan organik yang membusuk dan tidak menimbulkan bahaya, kata para ahli.
“Orang-orang akan sangat khawatir ketika mereka melihat busa laut. Namun busa laut sebagian besar merupakan protein yang berasal dari bahan organik yang terdegradasi di lautan dan sebagian besar terdiri dari plankton, alga, sedikit jamur, sedikit bakteri, dan seiring proses degradasi. itu membentuk sesuatu seperti surfaktan atau bahan pembusa yang kita lihat dalam sabun,” kata Profesor Jodie Rummer dari Universitas James Cook kepada Reuters.
“Secara umum, kejadian busa laut yang terjadi secara alami ini tidak menimbulkan kerusakan dan merupakan bagian dari siklus alami,” katanya
Baca Juga:
Sambangi Duda Idap Penyakit Stroke dan Tumor, Personel Polsek Bawolato Berikan Tali Asih
Busa tersebut telah terbentuk akibat cuaca ekstrem yang melanda Australia saat itu.
Hal ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Pulau Fraser dievakuasi karena kebakaran hutan dan para ilmuwan mengaitkan kondisi yang tidak menentu ini dengan dampak pola cuaca La Nina yang dikombinasikan dengan dampak jangka panjang perubahan iklim.
Sementara itu, mengutip bobo.grid.id, secara faktual air laut tak hanya terdiri dari air. Di dalam air laut, ada berbagai zat dan gas. Di antaranya; oksigen, sodium, nitrogen, kalsium, dan sebagainya.