Selain itu, para siswa sekolah dasar
juga harus bertaruh nyawa menyeberangi arus sungai untuk tiba di sekolah.
Yang tak kalah penting adalah akses
untuk mengantar warga yang sakit berobat ke puskesmas dan rumah sakit.
Baca Juga:
DPRK Pidie Resmi Lakukan PAW Empat Anggota Legislatif Fraksi PDA
Hal tersebut disampaikan Keuchik Panca
Kubu, Nur Tamren. Ia mengatakan, hasil pertanian warga kerap membusuk lantaran
tak dapat segera diangkut ke pasar karena arus sungai sedang deras.
"Anak-anak juga sering tak bisa
ke sekolah karena takut debit air sungai sedang tinggi," ujar Nur Tamren.
Bahkan, kata Nur, tahun lalu seorang
bocah sempat meninggal dunia lantaran terseret arus saat menyeberangi sungai.
Baca Juga:
AMPeS: Aksi Desak Pj Gubernur Aceh Surati KPK, Periksa Walikota Subulussalam
Selain itu, sejumlah motor milik warga
juga pernah terseret arus saat dipaksa mengarungi sungai.
Akibatnya, warga
harus bergotong-royong untuk mencari dan mengangkat
kembali motor dari dasar sungai.
"Bahkan kereta saya sendiri hari
itu juga terseret arus," kata Nur.