Bila
kondisi ke arah sana sudah kian mengancam, maka solusinya hanya satu:
rekonsiliasi, seperti halnya Partai Golkar beberapa tahun silam atau Partai
Berkarya belum lama ini.
Itu baru
soal yang terjadi di Kantor Kemenkumham RI, Jalan HR Rasuna Said, yang berpotensi
mengubah peta politik nasional dalam beberapa tahun ke depan.
Baca Juga:
Resmi! AHY Umumkan Dewan Pakar Demokrat, Ada Andi Malarangeng dan Rachlan Nashidik
Lantas, apa
yang terjadi di Jalan Trunojoyo, sekitar 14.400 detik kemudian?
Baru juga
sejumlah media menyiapkan laporan soal "detik-detik Moeldoko ditolak",
tiba-tiba mereka harus menyusun tentang "detik-detik" yang lain, yakni "detik-detik
Zakiah Aini ditembak".
Ya, di
Jalan Trunojoyo itu, tepatnya di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia,
terjadi sebuah aksi yang dalam istilah Kapolri, Jenderal Pol Listyo Sigit
Prabowo, disebut lone wolf.
Baca Juga:
Tanggapi RUU TNI, Andi Arief Ingatkan Dulu Ada Jendral Aktif yang Tangani Bencana dan Covid
Seorang
perempuan berpakaian serba tertutup, yakni gamis hitam dan kerudung biru dengan
penutup sebagian wajah yang tidak mengundang kecurigaan berkat Covid-19, lolos
dari pos penjagaan Mabes Polri yang ketat, padahal membawa sepucuk senjata api.
Masuk akal
juga, dengan penampilan seperti itu, tentunya akan sangat berisiko bila petugas
di pos jaga gerbang masuk Mabes Polri, yang umumnya pria atau bukan Polwan,
melakukan pemeriksaan ketat dengan penggeledahan ke bagian tubuh.
Bisa-bisa
kena tuduhan pelecehan seksual kalau feeling-nya
meleset dan tidak ditemukan hal yang melanggar hukum.