Hingga 2025 mendatang PLN Grup membutuhkan pasokan biomassa sebanyak 10,58 juta ton. Untuk itu, keterlibatan masyarakat sangat penting. Masyarakat bisa menjadi pelaku utama dalam memasok kebutuhan biomassa PLN melalui pengembangan hutan energi maupun pengolahan sampah.
Peran Pemda dan Kesultanan Yogyakarta menjadi krusial. Sebab, dukungan dari dua pihak ini maka lahan tidur atau lahan kritis bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menanam tanaman energi. Dampaknya, selain bisa membuat lahan tidur ini menjadi lahan hijau, masyarakat langsung bisa merasakan manfaat dari pengelolaan hutan energi ini.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Ini bentuk nyata dari ekonomi kerakyatan. Di mana masyarakat terlibat aktif melalui dukungan pemerintah. Dalam satu kali langkah, kita berhasil menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, sekaligus mengangkat perekonomian masyarakat," tegas Darmawan.
PLN, kata Darmawan sudah memetakan kebutuhan tanaman energi. Sejak Februari PLN sudah memulai penanaman bibit pohon energi di tanah seluas 30 ribu hektar, nantinya ada total 50 ribu bibit pohon energi yang terdiri dari tanaman Kaliandra, Gamal dan Tarum.
"Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Kesultanan Yogyakarta dan Pemprov DIY atas kesempatan ini," kata Darmawan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
PLN tak hanya menanam saja, kata Darmawan PLN sekaligus melakukan pendampingan kepada masyarakat cara mengelola hutan energi ini. Secara bersamaan PLN mendukung masyarakat untuk bisa mengelola ternak di sekitar hutan energi sehingga mampu menjadi rantai pasok biomassa.
"Kami dorong juga masyarakat bisa mengembangkan ternak di sekitar hutan energi. Kami juga adakan pelatihan untuk masyarakat agar bisa menambah lagi jumlah tanaman energi ini. Ini bisa bertambah dua sampai tiga kali lipatnya," tambah Darmawan.
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara menjelaskan kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mengamankan pasokan biomassa. Pilot project di Gunungkidul ini membutuhkan waktu 1 tahun untuk ditanam. Biomassa ini akan digunakan untuk PLTU Pacitan. Adapun jumlah biomassa yang bisa dihasilkan dari lahan 30 hektar ini mencapai 450 ton per tahun.