Mulai dari praktis duniawi sampai praktis berorientasi akhirat seperti ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf) telah terintegrasi secara digital.
Pada elemen Self-Expression, muslim milenial akan semakin beradaptasi dan berinovasi dalam beraktualisasi diri dengan mengedepankan keseimbangan hidup dunia-akhirat.
Baca Juga:
Kemendag Sempurnakan Aturan Standardisasi untuk Lindungi Konsumen dan Dongkrak Daya Saing Produk Nasional
Secara kolektif, muslim milenial juga berusaha untuk mengubah narasi seputar sosok muslim melalui berbagai bentuk ekspresi diri seperti fesyen, travel, dan konsumsi hiburan.
Pada elemen Social, muslim milenial menjadi generasi yang paling mampu berempati dibanding generasi-generasi yang lain. Dalam berdonasi misalnya, selama pandemi milenial berdonasi 1,5x sebulan - lebih besar dibanding Gen-X sebanyak 1,4x atau Gen-Z yang hanya 1,2x sebulan.
Dengan memahami pergeseran besar yang terjadi pada muslim milenial pasca pandemi dan pengaruhnya terhadap lanskap bisnis di segmen pasar muslim, maka setiap marketer/entrepreneur yang menarget pasar muslim milenial ini harus melakukan redefinisi strategi dan mereka ulang eksekusinya.
Baca Juga:
Rugi Triliunan Rupiah, IAW: Kuota Konsumen yang Hangus Jadi ‘Sampah Digital Termahal’
Fakta-fakta tersebut dibedah secara lengkap dalam buku “Millennial Muslim Megashifts (3M)”.
Milenial Muslim Megashifts (3M) ditulis oleh Yuswohady, Farid Fatahillah, Isti Hanifah, dan Oktariani.
Buku ini pada intinya mengajukan tesis bahwa pasar muslim di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring dengan meningkatnya konsumen muslim milenial akan produk yang sesuai syariat Islam. Buku ini memuat 50 tren perubahan besar yang mengubah strategi Anda dalam membidik pasar muslim.